Ambon, 24/6 (Antara Maluku) - Kepala Dinas Pemuda dan Olahraga Provinsi Maluku, Semuel Huwae mengakui program pemuda sarjana penggerak pembangunan pedesaan (PSP3) Kementerian Pemuda dan Olahraga, berhasil karena mampu mendorong pemuda di daerah ini untuk maju dan mandiri.
"Pemuda penggerak pembangunan di pedesaan yang ditempatkan di Provinsi Maluku, dinilai berhasil karena mampu membawa perubahan bagi masyarakat, terutama di desa tempat mereka melaksanakan program usaha mandiri," katanya, di Ambon, Jumat.
Ia mengungkapkan hal itu, sehubungan dengan berakhirnya masa kontrak pemuda angkatan 23 dan 24 yang berasal dari daerah lain, seperti dari NTT, Sulawesi Utara dan daerah lainnya.
PSP3 yang ditempatkan di Provinsi Maluku tersebar di Kabupaten Buru, Kabupaten Maluku Tengah, Kabupaten Seram Bagian Barat (SBB) dan Kota Ambon.
Menurut Semuel, dari hasil monitoring dan evaluasi yang dilakukan pihaknya bersama Kementerian Pemuda dan Olahraga, bahwa pemuda yang ditempatkan di Maluku berhasil.
"Mereka mampu mengubah pola pikir pemuda atau masyarakat yang mempunyai kebiasaan hidup tergantung dari pihak lain, caranya membuka usaha mandiri yang dikelola secara profesional," katanya.
Pemuda penggerak pembangunan pedesaan, kata Semuel, dalam programnya membuka usaha skala secara mandiri di bidang pertanian, peternakan dan perikanan, seperti menanam sayur-sayuran, budidaya ikan air tawar, ternak sapi, babi dan hewan lainnya.
"Pemuda yang ditempatkan di Desa Hatu, Kecamatan Leihitu Barat, Kabupaten Maluku Tengah berhasil mengelola usaha ternak sapi dan babi, karena hewan tersebut beranak mencapai puluhan ekor," ungkapnya.
Begitu juga pemuda yang ditempatkan di Dusun Seri, Negeri/Desa Urimessing, Kota Ambon, membuka usaha budidaya ikan air tawar, bibitnya didatangkan dari Medan dan Yogyakarta, itu juga berhasil mengelolanya karena bibit ikan bertambah banyak dan sudah menghasilkan uang.
"Keberhasilan pemuda tersebut, setidaknya bisa mamacu semangat pemuda atau masyarakat kita di daerah ini, untuk mengikuti jejak mereka membuka usaha yang sama atau usaha lain, yang bisa menghasilkan uang, tanpa tergantung dengan pihak lain, artinya berkerja dan mendapat upah dari orang lain," ujar Semuel.
Pemuda Indonesia, katanya mempunyai tanggungjawab untuk membangun bangsa ini, dengan caranya masing-masing. Karena itu penempatan pemuda penggerak pembangunan pedesaan di seluruh tanah air, bertujuan untuk lebih mengenal dari dekat karakteristik wilayah, adat istiadat dan pola hidup masyarakat di masing-masing daerah.
"Pemuda dari Ambon bisa menggerakan pemuda atau masyarakat di Sumatera, Kalimantan, Nusa Tenggara Barat (NTB), Nusa Tenggara Timur(NTT), Sulawesi dan Papua. Begitu pun sebaliknya, ini sesuatu yang luar biasa, karena pemuda adalah milik bangsa dan pelopor pembangunan, sekarang dan akan datang," katanya.
Tugas pemuda saat ini, lanjut Semuel untuk menggerakan masyarakat bagaimana mengubah pola pikir lama, yakni bahwa untuk bisa mendapatkan uang, satu-satunya harus bekerja dengan orang lain dan mendapatkan upah, atau kebiasaan sekarang menunggu formasi penerimaan pengawai negeri sipil.
"Nilai upah kita di Indonesia masih sangat rendah, tidak layak untuk kesejahteraan masyarakat karena pekerja jumlahnya banyak sedangkan pengusaha sedikit. Bayangkan saja, kalau pengusaha kita banyak, itu nilai tawar upah semakin tinggi, karena pekerjanya sedikit,"katanya.
Karena itu, dengan adanya program PSP3 Kementerian Pemuda dan Olahraga, setidaknya bisa mengubah pola pikir masyarakat untuk masuk ke dunia wirausaha yang digerakan oleh pemuda-pemuda bangsa ini.
"Saya berharap pemuda di Maluku bisa mengikuti jejak pemuda penggerak pembangunan pedesaan yang ada, baik yang sudah habis masa kontraknya maupun mereka belum selesai. Jadilah pemuda pelopor perekonoiman bangsa di daerah ini. Tanamkan jiwa enterpreniur, jadilah pekerja yang profesional dan jangan menjadi pekerja upahan," tandas Semuel.
Program PSP3 Dinilai Berhasil Dorong Pemuda Mandiri
Sabtu, 25 Juni 2016 15:56 WIB