Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset dan Teknologi (Kemendikbudristek) berupaya mengembangkan dan memanfaatkan Warisan Budaya dan Cagar Budaya Nasional, serta menginisiasi berbagai program dan aktivitas terkait jalur rempah di daerahnya sebagai modal untuk meningkatkan kesejahteraan.
Dirjen Kebudayaan Kemenbudristek RI, Hilman Farid di Ternate, Kamis, mengatakan, khusus untuk Ternate dan Tidore merupakan pemilik rempah cengkeh, pala yang mulanya hanya tumbuh dan ditemukan di Ternate, serta terbukti telah berkelana jauh hingga ditemukan di belahan dunia lain dan ini akan menjadi program utama peningkatan kesejahteraan masyarakat setempat.
Dia menyebut, Ternate dan Tidore adalah bagian dari Kepulauan Maluku bagian utara, yaitu pulau-pulau Ternate, Tidore, Makian, Bacan, dan Moti dan Temate memiliki rempah cengkeh, sehingga selama di titik Ternate dan Tidore, Laskar Rempah napak tilas kejayaan rempah dengan mengunjungi situs-situs cagar budaya, mempelajari karakteristik rempah-rempah dan budaya setempat, mengunjungi Perkebunan Cengkeh dan Pala, serta menghadiri jamuan yang telah disiapkan.
Dirjen menyatakan, berdasarkan sejarah, Temate dan Tidore adalah bagian dari Kepulauan Maluku bagian utara yang oleh para pedagang Arab kepulauan itu diberi nama Jazirah Al Mulk.
Baca juga: Laskar Rempah dengan KRI Dewaruci tiba di Ternate
Dimana, kepulauan Raja-Raja merujuk kepada empat kerajaan bahari yang jejaknya masih bisa kita temui hingga saat ini, yaitu Kerajaan Jailolo, Ternate, Tidore, dan Bacan. Wilayah tersebut digadang-gadang sebagai taman firdaus yang penuh misteri.
Para pedagang Arab dan Tiongkok selama berabad-abad sengaja merahasiakan keberadaan hingga maskapai dagang Eropa berhasil membuka tabir misteri rempah Nusantara pada abad ke-16 Masehi. Sampai dengan awal abad ke-17 Masehi, cengkeh dan pala hanya bisa ditemukan kepulauan Maluku bagian utara dan Banda.
Sebagai masyarakat bahari, orang-orang Ternate dan Tidore sangat akrab dengan lautan. Laut bukanlah pemisah bagi pulau-pulau mereka, tapi justru pemersatu bagi masyarakat yang beragam, mendampingi memori kolektif kejayaan rempah Nusantara yang pernah mengharumkan nama Maluku dalam kancah perdagangan dunia.
Oleh karena itu, tradisi berperahu dengan menggunakan perahu Kora-Kora yang dulu digunakan untuk pelayaran Hongi masih terus dilestarikan. Peradaban rempah di wilayah ini pada suatu masa telah menciptakan laboratorium keragaman bangsa-bangsa dunia. Semua keragaman itu tercermin dengan jelas rempah Raja Nusantara yang Melegenda dalam Sejarah Dunia
Hilman mengatakan, cengkeh, salah satu rempah raja Nusantara yang terbukti telah berkelana jauh hingga ditemukan di belahan dunia lain, ribuan kilometer dari Nusantara. Pada 1980-an, arkeolog merilis temuan cengkeh Maluku yang telah menjadi arang dalam wadah keramik yang tertata rapi di suatu dapur rumah Tuan Puzurun dalam tembok kota kuno Suriah.
Baca juga: Tauhid Soleman dorong Ternate jadi "titik nol jalur rempah"
Baca juga: Delegasi laskar rempah akan disambut atraksi budaya di Ternate, begini penjelasannya
COPYRIGHT © ANTARA News Ambon, Maluku 2022
Dirjen Kebudayaan Kemenbudristek RI, Hilman Farid di Ternate, Kamis, mengatakan, khusus untuk Ternate dan Tidore merupakan pemilik rempah cengkeh, pala yang mulanya hanya tumbuh dan ditemukan di Ternate, serta terbukti telah berkelana jauh hingga ditemukan di belahan dunia lain dan ini akan menjadi program utama peningkatan kesejahteraan masyarakat setempat.
Dia menyebut, Ternate dan Tidore adalah bagian dari Kepulauan Maluku bagian utara, yaitu pulau-pulau Ternate, Tidore, Makian, Bacan, dan Moti dan Temate memiliki rempah cengkeh, sehingga selama di titik Ternate dan Tidore, Laskar Rempah napak tilas kejayaan rempah dengan mengunjungi situs-situs cagar budaya, mempelajari karakteristik rempah-rempah dan budaya setempat, mengunjungi Perkebunan Cengkeh dan Pala, serta menghadiri jamuan yang telah disiapkan.
Dirjen menyatakan, berdasarkan sejarah, Temate dan Tidore adalah bagian dari Kepulauan Maluku bagian utara yang oleh para pedagang Arab kepulauan itu diberi nama Jazirah Al Mulk.
Baca juga: Laskar Rempah dengan KRI Dewaruci tiba di Ternate
Dimana, kepulauan Raja-Raja merujuk kepada empat kerajaan bahari yang jejaknya masih bisa kita temui hingga saat ini, yaitu Kerajaan Jailolo, Ternate, Tidore, dan Bacan. Wilayah tersebut digadang-gadang sebagai taman firdaus yang penuh misteri.
Para pedagang Arab dan Tiongkok selama berabad-abad sengaja merahasiakan keberadaan hingga maskapai dagang Eropa berhasil membuka tabir misteri rempah Nusantara pada abad ke-16 Masehi. Sampai dengan awal abad ke-17 Masehi, cengkeh dan pala hanya bisa ditemukan kepulauan Maluku bagian utara dan Banda.
Sebagai masyarakat bahari, orang-orang Ternate dan Tidore sangat akrab dengan lautan. Laut bukanlah pemisah bagi pulau-pulau mereka, tapi justru pemersatu bagi masyarakat yang beragam, mendampingi memori kolektif kejayaan rempah Nusantara yang pernah mengharumkan nama Maluku dalam kancah perdagangan dunia.
Oleh karena itu, tradisi berperahu dengan menggunakan perahu Kora-Kora yang dulu digunakan untuk pelayaran Hongi masih terus dilestarikan. Peradaban rempah di wilayah ini pada suatu masa telah menciptakan laboratorium keragaman bangsa-bangsa dunia. Semua keragaman itu tercermin dengan jelas rempah Raja Nusantara yang Melegenda dalam Sejarah Dunia
Hilman mengatakan, cengkeh, salah satu rempah raja Nusantara yang terbukti telah berkelana jauh hingga ditemukan di belahan dunia lain, ribuan kilometer dari Nusantara. Pada 1980-an, arkeolog merilis temuan cengkeh Maluku yang telah menjadi arang dalam wadah keramik yang tertata rapi di suatu dapur rumah Tuan Puzurun dalam tembok kota kuno Suriah.
Baca juga: Tauhid Soleman dorong Ternate jadi "titik nol jalur rempah"
Baca juga: Delegasi laskar rempah akan disambut atraksi budaya di Ternate, begini penjelasannya
COPYRIGHT © ANTARA News Ambon, Maluku 2022