Ambon (Antara Maluku) - Sejumlah investor asing asal Polandia dan Jerman akan menanamkan modal mereka pada sektor pertambangan dan perkebunan di Kabupaten Seram Bagian Timur (SBB).

"Investor asal Jerman dan Polandia ini sudah menyatakan niatnya untuk menanamkan investasi skala besar di SBB dan akan dimulai dalam waktu dekat," kata Bupati SBB, Jacobis Puttileihalat usai mendampingi sejumlah investor, di Ambon, Selasa.

Sejumlah investor dua negara tersebut telah bertemu dengan dengan Gubernur Maluku, Karel Albert Ralahalu, Selasa, guna menjelaskan investasi yang akan dikembangkan serta prospek jangka panjangnya.

Dia mengatakan, langkah awal para investor tersebut akan mengeksploitasi nikel dan mineral pengikut lainnya serta perkebunan kelapa sawit, di kabupaten SBB, di mana pengelolaannya diarahkan untuk membentuk kawasan ekonomi khusus (KEK).

"Kami akan menyurati Dewan Nasional Kawasan Ekonomi Khusus untuk meminta persyaratan pembentukan KEK di SBB sekaligus mengusulkan pembentukkan KEK di SBB," katanya.

Diharapkan Dewan Nasional dapat segera melakukan analisa dan kajian serta persetujuan yang ditindaklanjuti dengan dikeluarkannya keputusan presiden (Kepres) untuk meresmikannya.

Kawasan KEK di SBB itu akan memanfaatkan bekas areal perusahaan Djayanti Grup di Waisarissa, termasuk Hutan Tanaman Industri (HTI) yang dikembangkan saat perusahaan kayu lapis tersebut masih beroperasi.

Selain itu, para investor juga akan membangun pembangkit listrik menggunakan bahan bakar batu bara berkapasitas 150 mega watt (MW), di mana penggunaannya selain untuk operasional perusahaan, juga dapat membantu krisis daya listrik di kabupaten tersebut.

Menyangkut kawasan HTI yang sedang didiami warga, Bupati Puttileihalat mengatakan, akan dilakukan proses ganti rugi dan pemindahan mereka, serta areal tersebut diambil alih menjadi aset pemerintah kabupaten.

Dia mengakui, saat ini para investor tersebut telah menyelesaikan tahapan eksplorasi dan ditingkatkan menjadi studi kelayakan usaha, di mana pembangunan pabriknya pengolahannya sudah akan dimulai tahun 2013 mendatang.

"Pembangunan pabrik pengolahan sudah akan dimulai tahun depan dan diharapkan dapat segera berproduksi, sehingga berdampak besar terhadap penyerapan tenaga kerja, peningkatan perekonomian masyarakat maupun daerah," katanya.

Dia menambahkan, berdasarkan hasil kesepakatan antara investor dengan Pemkab SBB, 75 -80 persen tenaga kerja adalah tenaga lokal baik di SBB maupun kabupaten/kota lainnya di Maluku, dan sisanya adalah tenaga kerja asing yang memiliki kemampuan dibidangnya.

Pengolahan hasil tambang dan perkebunan tersebut akan dilakukan bekerja sama PT. Manusela sebagai perusahaan daerah milik Pemkab SBB.

Masalah Lingkungan

Gubernur Maluku, Karel Albert Ralahalu saat bertemu para investor tersebut berharap pengembangan investasi di bidang pertambangan dan perkembunan di SBB hendaknya mempertimbangkan masalah lingkungan, sehingga tidak menimbulkan masalah di masa mendatang.

"Masalah lingkungan harus menjadi salah satu fokus utama untuk diperhatikan dalam pengelolaan dan eksploitasi pertambangan, sehingga tidak menimbulkan kerusakan hutan dan lahan maupun menimbulkan dampak sosial lainnya," katanya.

Para investor juga diingatkan untuk memprioritaskan penggunaan tenaga kerja lokal dalam proses produksi, sehingga menekan tingkat pengangguran dan kemiskinan baik di SBB maupun kabupaten/kota lainnya.

Gubernur berharap investasi jangka panjang itu dapat berdampak bagi peningkatakan kesejahteraan masyarakat di Maluku, sekaligus membawa provinsi ini keluar dari tingkat kemiskinan yang masih tergolong tinggi.

Pewarta: James F. Ayal

Editor : John Nikita S


COPYRIGHT © ANTARA News Ambon, Maluku 2012