Ambon (Antara Maluku) - Deputi Pimpinan Perwakilan Bank Indonesia (BI) Provinsi Maluku Ocky Ganesia menyatakan, pertumbuhan perekonomian daerah setempat triwulan II positif sebesar 7,99 persen (y.o.y).

"Pertumbuhan ekonomi Maluku masih lebih tinggi termasuk wilayah Sulawesi dan Papua sebesar 6,8 persen (y.o.y), daripada pertumbuhan ekonomi nasional sebesar 5,21 persen (y.o.y)," kata Ocky, di Ambon, Rabu.

Menurut dia, di sisi permintaan pertumbuhan ekonomi daerah ini didorong oleh komponen konsumsi rumah tangga, konsumsi pemerintah dan investasi yang masing - masing memiliki pangsa/kontribusi sebesar 76,37 persen, 29,56 persen dan 5,60 persen.

Sedangkan, sisi penawaran pertumbuhan didukung oleh sektor-sektor utama yaitu sektor pertanian, sektor perdagangan, hotel dan restoran dan sektor jasa-jasa berkontribusi masing-masing sebesar 29,50 persen, 27,00 persen dan 19,50 persen.

"Pertumbuhan ekonomi yang tergolong tinggi disebabkan beberapa hal, antara lain masa panen, perayaan hari-hari besar keagamaan, musim liburan sekolah, kelanjutan pembangunan proyek-proyek multiyears pemerintah, serta persiapan menjelang bulan Ramadhan," katanya.

Selain itu, Pemilu Presiden dan Wakil Presiden 9 Juli, cukup menarik pertumbuhan ekonomi Maluku, namun dengan andil/sumbangan yang menurun dibandingkan andil/sumbangan Pemilu Legislatif pada triwulan I 2014.

"Sektor ekonomi mencatat pertumbuhan tertinggi yaitu sektor industri pengolahan tumbuh sebesar 10,91 persen (y.o.y) dan sektor bangunan tumbuh 9,69 persen (y.o.y)," ujar Ocky.

Selanjutnya, kata dia, seiring dengan pertumbuhan ekonomi, laju inflasi Maluku triwulan II sebesar 8,86 persen (y.o.y), menurun dibandingkan triwulan sebelumnya sebesar 8,94 persen (y.o.y). Secara umum, tingkat inflasi tahunan terhadap seluruh komponen disagregasi inflasi, baik volatile food, administered price maupun core inflation, lebih tinggi dibandingkan rata-rata historisnya.

Sedangkan perhitungan inflasi menurut kota di Maluku, Kota Ambon mengalami inflasi sebesar 9,14 persen (y.o.y) sedangkan Kota Tual inflasi sebesar 5,68 persen (y.o.y).

Tetapi yang sangat menggembirakan, lanjut Ocky, kinerja perbankan tumbuh positif. Indikator utama perbankan yaitu aset dan dana pihak ketiga (DPK) menunjukkan laju yang meningkat sedangkan kinerja kredit/pembiayaan tercatat melambat," kata Ocky.

Ia mengungkapkan, aset bank umum dan Bank Perkreditan Rakyat (BPR) berjumlah Rp15,69 triliun atau tumbuh 11,11 persen (y.o.y) meningkat dibandingkan triwulan sebelumnya yang tumbuh 6,62 persen (y.o.y).

Dana pihak ketiga yang dihimpun oleh perbankan Maluku mencapai Rp10,19 triliun atau pertumbuhan sebesar 19,00 persen (y.o.y), meningkat dibandingkan triwulan sebelumnya yang sebesar 11,82 persen (y.o.y).

Sedangkan kredit/pembiayaan yang disalurkan oleh perbankan nasional kepada proyek berlokasi di Maluku sebesar Rp8,64 triliun atau tumbuh 13,40 persen (y.o.y), menurun dibandingkan triwulan sebelumnya yang tumbuh 16,39 persen (y.o.y).

Selanjutnya, risiko kredit dan likuiditas pada sektor keuangan Maluku terpantau stabil dan terjaga dengan Loan-to-Deposit Ratio (LDR) mencapai 77,57 persen dan Non Performing Loan (NPL) sebesar 3,07 persen.

Kemudian seiring dengan exposure kebijakan uang ketat tight money policy (TMP) dan pengreman laju ekspansi kredit perbankan nasional hingga 15-17 persen (y.o.y), suku bunga dana dan suku bunga kredit meningkat sehingga risiko pasar dalam kondisi stabil, tercermin pada spread suku bunga perbankan yang menurun.

"Diperkirakan pertumbuhan ekonomi Maluku pada triwulan III dalam rentang 6,40-7,40 persen (y.o.y) atau mengalami perlambatan," kata Ocky.

Menurut dia, perlambatan tersebut seiring dengan berhembusnya angin timur yang menyebabkan tingginya curah hujan dan gelombang laut sehingga akan menghambat kinerja sektor primer dan sekunder, serta dengan tingginya tarif listrik dan tarif angkutan laut dan udara, kinerja sektor sekunder dan tersier menjadi tidak optimal.

"Faktor yang dapat menarik pertumbuhan ekonomi Maluku ke atas, yakni Ramadhan dan Hari Raya Idul Fitri, turunnya Tunjangan Hari Raya (THR) dan gaji ke-13 PNS/TNI/POLRI, serta pembangunan proyek-proyek MP3EI yang sebagian besar ditargetkan selesai pada akhir tahun ini," ujar Ocky.

Sedangkan laju inflasi Maluku diprakirakan berada pada rentang 5,50-6,50% (y.o.y) dengan mencermati paparan risiko cuaca dan kebijakan pemerintah. Kinerja sektor keuangan Maluku diprakirakan tertahan seiring dengan kebijakan kontraktif Bank Indonesia namun risiko masih dalam kondisi stabil.

Pewarta: Finus

Editor : John Nikita S


COPYRIGHT © ANTARA News Ambon, Maluku 2014