Ambon, 11/9 (Antara Maluku) - Puluhan anggota keluarga veteran tentara persemakmuran (Gull Force) asal Australia yang gugur pada Perang Dunia II menggelar upacara peringatan 70 tahun pembebasan keluarga mereka dari tahanan Jepang tahun 1945.

Upacara peringatan berlangsung di Taman Makam Persemakmuran di kawasan Tantui, Kota Ambon, Rabu, dipimpin langsung Presiden Organisasi Gull Force Des O`Brien dan dihadiri sejumlah petinggi militer dan Kedutaan Besar (Kedubes) Australia.

Peringatan tahun ini juga dihadiri Kepala Staf Pertahanan Kedubes Australia untuk Indonesia Brigadir John Gould, Wali Kota Darwin Katherina Fong Lim, serta puluhan warga Australia yang menjadi peserta lomba Darwin - Ambon Yacht Race (DAYR) tahun 2015.

Rasa haru mengiringi upacara yang berlangsung sekitar 45 menit tersebut saat lagu kebangsaan Australia "Advance Australian Fair" dinyanyikan paduan suara Getsemani Choir.

Masing-masing anggota keluarga, termasuk Des O`Brien, John Gould, dan Katherina Fong Lim, serta puluhan anggota keluarga dan peserta lomba DAYR meletakkan karangan bunga maupun setangkai bunga "Popi" pada tugu "Memorial Building Ambon" serta nisan makam anggota keluarga mereka.

O`Brien menegaskan, peringatan pembebasan tentara Australia merupakan kegiatan keluarga veteran untuk berkunjung ke Ambon setiap 10 September untuk memperingati hari pembebasan keluarga mereka yang disandera Jepang pada tahun 1945.

"Peringatan ini menjadi bagian sejarah dan memori yang tidak bisa dilupakan oleh keluarga kami. Peristiwa ini akan terus dikenang sepanjang hidup kami," katanya.

Ia juga merasa senang karena peringatan tahun ini juga disertai upacara militer sekaligus untuk memakamkan jenazah seorang prajurit Australia yang meninggal dalam perang Dunia (PD) II dan ditemukan di Kupang, Nusa Tenggara Timur (NTT) dan belum diketahui identitasnya hingga saat ini.

Prajurit Australia tersebut merupakan anggota dari "Sparrow Force", salah satu dari 84 tentara Australia yang gugur saat mempertahankan sebuah lapangan udara di Kupang dari serangan tentara Jepang pada PD II.

Selain menghadiri upacara peringatan, keluarga veteran Australia juga melaksanakan sejumlah kegiatan sosial di antaranya memberikan bantuan untuk TW Tawiri, SDN 2 Hatiwe besar, dan SDN 4 Hatiwe Besar.

Kehadiran mereka pun sekaligus untuk mengenang persahabatan, kebaikan, dan pertolongan warga di Ambon terhadap keluarga mereka saat menjadi tahanan tentara Jepang.


Tugu Peringatan

Tugu Memorial Building Ambon yang terletak di bagian depan areal taman seluas empat hektar itu dibangun untuk memperingati 289 tentara dan 171 penerbang kesatuan Australia yang gugur di Maluku, Sulawesi dan Kepulauan sekitarnya saat PD II tahun 1941-1945.

Ada di antara mereka yang belum diketahui dan ditemukan jenazahnya hingga saat ini.

Nama-nama mereka terpampang pada sisi kiri-kanan dinding bangunan Memorial Building Ambon, lengkap dengan pangkat, tanggal lahir, dan umurnya saat gugur dalam PD II.

Tercatat sebanyak 694 orang tentara Australia dari total 1.131 orang tentara yang berasal dari Batalyon 2/21 Australia Gull Force gugur saat berperang melawan tentara Jepang di Ambon pada tahun 1941.

Para tentara yang meninggal dimakamkan di Taman Persemakmuran Tantui, sedangkan yang bisa selamat dan kembali ke negaranya sebanyak 232 orang.

Pada saat PD II, lokasi Taman Makam Persemakmuran "War Cemetery" di kawasan Tantui juga dijadikan kamp militer tentara Australia saat 1.131 personel Gull Force mendarat di Ambon pada bulan Desember 1941.

Selain itu, lokasi tersebut juga dijadikan kamp tahanan tentara negara-negara persemakmuran yang tertangkap oleh tentara Jepang.

Ketika Jepang mendarat tahun 1942, pasukan Gull Force terpukul mundur karena kekuatan tidak seimbang. Gull Force hanya satu batalion sedangkan pasukan Jepang yang datang 30 batalion.

Pasukan Gull Force memilih mundur dan membangun kubu pertahanan di Dusun Erie, Kecamatan Nusaniwe, Ambon. Mereka mengira pasukan Jepang akan masuk dari arah Tanjung Allang, sehingga mempersiapkan penggempuran dari laut. Tetapi perkiraan tentara Australia meleset.

Tentara Jepang tidak masuk melalui Tanjung Allang tetapi dari arah Jasirah Leitimur Pulau Ambon. Jepang melabuhkan kapal-kapal perang mereka di pantai Hutumuri dan Hukurila, kemudian masuk ke kota melalui desa-desa di pegunungan.

Gull Force akhirnya menyerah tetapi terlebih dulu menyembunyikan separuh persenjataan mereka di kawasan Gunung Nona yang menjadi kubu pertahanan terakhir. Mereka ditawan oleh Jepang di bekas barak mereka di Tantui. Banyak tentara Australia yang meninggal semasa ditawan karena kelaparan dan dieksekusi mati.

Saat ditawan tentara Australia sering diberikan makanan secara diam-diam oleh penduduk sekitar kamp tahanan. Banyak juga tentara Australia yang melarikan diri dari kamp tahanan.

Begitu PD II berakhir pasukan Gull Force yang tersisa di kamp hanya 200 orang. Pemerintah Australia kemudian mengirimkan kapal perang untuk membawa sisa pasukan mereka pulang ke negara Kangguru itu. Sedikitnya 694 tentara Gull Force yang meninggal di Ambon dimakamkan di taman makam ini. 

Pewarta: Jimmy Ayal

Editor : John Nikita S


COPYRIGHT © ANTARA News Ambon, Maluku 2015