Ambon, 5/11 (Antara Maluku) - Kamar Dagang dan Industri Indonesia pusat bekerja sama dengan Kementerian Perindustrian menggelar seminar aktivasi kerja sama pengembangan ekspor bagi para pengusaha kecil dan menengah di Maluku.

Kerja sama aktivasi dalam bentuk seminar dan klinik bisnis diikuti 60-an UKM dibuka Wakil Ketua Umum Kadin Indonesia bidang Perbankan dan Finansial Rosan Perkasa Roeslani di Ambon, Kamis.

Klinik bisnis yang digelar bagi para UKM di sejumlah daerah di Tanah Air, termasuk Maluku bertujuan untuk mendorong para pelaku usaha mengembangkan usaha yang berorientasi pasar ekspor, tidak hanya oleh industri saja, tetapi juga kalangan UKM yang jumlahnya semakin menjamur.

"Kami ingin agar potensi sumber daya alam yang melimpah di Maluku, terutama kelautan dan perikanan dapat menjadi produk ekspor unggulan di masa mendatang dan pengembangannya tidak hanya ditangan para pelaku industri, tetapi juga usaha kecil dan enengah," katanya.

Pada seminar dan klinik bisnis bertajuk "Potensi ekspor dari golden fishing ground", Rosan Roeslani mengakui Maluku merupakan provinsi kepulauan terbesar di Indonesia, di mana 92,4 persen luas wilayahnya merupakan laut, sehingga fokus pembangunan Maluku haruslah berorentasi pada lautan bukan lagi pada daratan.

"Potensi kelautan dan perikanan Maluku sangat besar dan bervariasi serta memiliki nilai ekonomis bernilai sangat tinggi. Karena itu diperlukan suatu terobosan dan langkah solutif pemerintah dalam merubah paradigma pembangunan daerah yang berorientasi kelautan," katanya.

Dia menegaskan, koridor Kepulauan Maluku memiliki potensi SDA melimpah, namun di sisi lain terdapat beberapa masalah yang harus menjadi perhatian untuk mendorong pertumbuhan perekonomian di daerah ini.

Menurutnya, potensi perikanan Maluku ada pada tiga wilayah pengelolaan perikanan (WPP) yakni Laut Banda, Laut Seram dan Laut Arafura yang juga disebut oleh negara-negara dan pengusaha perikanan sebagai "golden fishing ground?.

Produksi ikan dari WPP ini bisa mencapai 1,64 juta ton/tahun atau sekitar 26,3 persen dari total potensi nasional.

"Namun, sejauh ini angka tersebut sulit terpenuhi karena berbagai kendala dihadapi nelayan lokal. Dengan potensi produksi yang masih luas serta kebutuhan pasar besar, maka sumber daya nelayan beserta fasilitas pendukung perlu mendapatkan perhatian pelaku usaha dan pemerintah," katanya.

Dia menilai, kekayaan luar biasa yang dimiliki laut Maluku saat ini sudah mendapat perlindungan lebih baik berkat kebijakan Menteri Kelautan dan Perikanan Susi Pudjiastuti, sehingga seharusnya provinsi ini bisa diandalkan untuk memenuhi kebutuhan ikan nasional serta menghasilkan nilai tambah produksi laut.

Akan lebih baik lagi jika produksi perikanan tangkap maupun perikanan budidaya di Maluku bisa ditingkatkan nilai tambahnya melalui produk olahan dan tidak sebatas menyuplai kebutuhan ikan mentah, ujarnya.

Selain produk perikanan, menurut calon Ketua Umum Kadin Indonesia tersebut, pemerintah provinsi Maluku juga perlu memberikan perhatian pada keunggulan produk bahari lainnya, yaitu mutiara dan rumput laut karena kedua produk ini memiliki kualitas terbaik di Indonesia, tetapi sayang pengolahannya hingga saat ini belum maksimal. ***1***



(T.KR-JA/B/N002/N002) 05-11-2015 20:24:44

Pewarta: Jimmy Ayal

Editor : John Nikita S


COPYRIGHT © ANTARA News Ambon, Maluku 2015