Ambon, 15/11 (Antara Maluku) - Gubernur Maluku, Said Assagaff menegaskan, indeks resiko bencana Indonesia menempatkan daerah ini sebagai salah satu daerah paling rawan sehingga dijuluki "supermarket" bencana.

"Berdasarkan kajian resiko bencana Maluku dapat juga dijuluki supermarket bencana karena terdapat 12 jenis ancaman yang berpotensi terjadi setiap saat di wilayah ini," kata Gubernur Said pada pembukaan Table Top Exercise (TTX) Ambon Disaster Response Exercise (DiREx)di Ambon, Selasa.

12 ancaman bencana yang setiap saat dapat terjadi di Maluku antara lain banjir, banjir bandang, gelombang ekstrim dan abrasi, gempa bumi, kekeringan, epidemi dan wabah penyakit, letusan gunung api, cuaca ekstrim, tanah longsor, tsunami, kebakaran hutan dan lahan serta kegagalan petrologi.

"Dari berbagai ancaman tersebut, ternyata bencana gempa bumi dan tsunami menempati posisi pertama dengan indeks resiko bencana di Maluku sebanyak 179 kali atau termasuk kategori tinggi karena letak Maluku berada pada pertemuan tiga lempeng tektonik besar yakni Indo-Australia, Eurasia dan lempeng Pasific," ujarnya.

Karena itu, Gubernur menyatakan terima kasih atas kepercayaan Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) menjadikan Maluku, khususnya kota Ambon sebagai tempat pelaksanaan TTX nasional maupun internasional dengan skenario ancaman gempa bumi dan tsunami.

Dia menyebutkan beberapa bencana alam dahsyat yang pernah terjadi di Maluku diantaranya gempa bumi dan tsunami setinggi 15 meter di Pulau Banda, Maluku Tengah pada 1625. Peristiwa ini sehingga VOC yang sedang berkuasa di Pulau Banda memilih memindahkan benteng pertahanan di atas gunung.

Selain itu bencana tsunami setinggi 80 meter melanda Pulau Ambon pada 1.674 mengakibatkan lebih dari 2.300 orang meninggal.

Peristiwa gempa disertai tsunami terdahsyat tersebut ditulis oleh seorang ahli botani asal Jerman, Rumphius yang bernama asli Georg Everhard Rumpf dalam sebuah bukunya berjudul "Waerachtigh Verhael van de Schrickelijcke Aerdtbevnge" (Kisah nyata tentang gempa bumi dahsyat) terbitan Batavia pada 1.675.

Gubernur mengemukakan, geografis Maluku sebagai provinsi kepulauan dengan 1.342 pulau menyebabkan 80 persen masyarakatnya bermukim di wilayah pesisir pantai, dan rentan terhadap bencana alam terutama air pasang, sehingga diperlukan kesiapsiagaan semua pihak untuk mengantisipasinya.

Dia berharap kegiatan internasional tersebut dapat menyamakan persepsi serta rancana tindak dan aksi bersama seluruh komponen baik pemerintah, masyarakat, pihak swasta serta organisasi internasional, terutama dalam penanganan dini jika terjadi bencana.

"Terpenting adalah kecepatan kinerja seluruh pihak berkompeten dan bertanggung jawab penuh jika terjadi bencana, sehingga dapat meminimalisasi jatuhnya korban jiwa serta penyaluran bantuan secara internasional dapat cepat dilaksanakan," tandas Gubernur.

TTX Ambon DiREx dibuka oleh Kepala BNPB Willem Rampangilei bersama Gubernur Maluku Said Assagaff dan Assistant Secretary, Crisis Coordination Branch Emergency Management Australia (EMA) Robert Cameron.

TTX yang akan berlangsung hingga 17 November dengan tema "Promoting the EAS Rapid Disaster Response Toolkit as a Regional Protocol in Strengthening Effective Collaboration on Disaster Response and Resilience in the Region" didukung sejumlah negara diantaranya Amerika Serikat, Australia, India, Jepang, Korea Selatan, Rusia, Republik Rakyat Tiongkok (RRT) dan Selandia Baru.

Selain negara tersebut, organisasi internasional ikut berpartisipasi seperti Sekretariat ASEAN, AHA Centre, UNOCHA, WHO, UNDP, UNESCO, FAO, WFP, UNICEF, UNHCR, UNFPA, IFRC, OXFAM, HOPE Worldwide, Save the Childreb, World Vision, Mercy Corps. 

Pewarta: Jimmy Ayal

Editor : John Nikita S


COPYRIGHT © ANTARA News Ambon, Maluku 2016