Ambon, 9/3 (Antara) - Asisten Utusan Khusus Presiden untuk Dialog dan Kerjasama Antariman dan Antarperadaban Jacky Manuputty menyatakan, musik berkontribusi mengambalikan harmoni Indonesia.

Dikatakannya, dalam kaitan musik dan agama sebagaimana Tuhan tidak beragama musik juga tidak beragama, tetapi yang pasti Tuhan menciptakan dalam harmoni dan musik juga diciptakan dalam harmoni.

"Karena itu ketika ada upaya merusak harmoni Indonesia, maka tugas musisi dan musik untuk melawan dan mengembalikan harmoni, dan itu perjuangan kita bersama, katanya di Ambon, Jumat.

Menurut dia, menciptakan harmoni di Ambon dibentuk gerakan provokasi damai yang filosofinya bahwa setiap orang dalam diri dan siapun dia sejahat-jahatnya menyimpan dalam diri, dan untuk alasan tertentu tidak akan melakukan hal apapun arena alasan keamanan.

Tugas provokator damai adalah untuk memprovokasi setiap orang di ruang publik, seperti kaitan dengan musik, orang akan merasa aman, nyaman damai jika bisa bermusik dan bernyanyi, dan memancarkan energi positif pada masyarakat.

Jacky mencontohkan, di Ambon awal paska konflik sosial di komunitas masyarakat muslim ada musik sawat dan hadrat, sedangkan di komunitas kristen ada musik totobuang. Sebelum konflik dua komunitas tidak bermain dalam konstensiai bersama.

"Tetapi paska konflik musik menjadi komposisi yang utuh sebagai media orang mengintegrasian diri kembali dalam semamgat orang basudara," katanya.

Sementara itu Ketua I Majelis Ulama Indonesia Provinsi Maluku, Abidin Wakano mengakui, perbedaan bermusik tidak pernah menjadi persoalan di Ambon, karena musik bisa menyatu dan perpaduan baik di geraja dan masjid.

Maluku sejak awal masyarakatnya multikultural yakni mempunyai 1,342 pulau, 100 sub etnik dan 117 bahasa, selain itu Maluku juga menjadi tepat perjumapaan berbagai indentitas bangsa.

"Sejak Maluku menjadi "spice island" disitu terjadi perjumpaan kebudayaan, kita lihat tarian dan musik hawaian juga akibat pengaruh dari luar, budaya adbdau di Tulehu serta musik sawat juga pengaruh melayu dan arab, " katanya.

Dijelaskannya, Maluku khusunya Ambon sejak awal dijumpai berbagai identitas bangsa dunia dan kebudayaan, karena itu maluku dalam karakter kehidupan sosial keagamaan adalah masyakat yang sangat beragam dan terbuka.

"Jika ada orang maluku yang tidak mengalami perjumpaan budaya dan seni saya kira itu bukan identitas Maluku yang sebetulnya, karena agama baik Islam maupun kristen kita semua Maluku dan Indonesia," tandasnya.

Abidin menambahkan, agama mengajarkan tentang kehalusan budi pekerti dan akhlak dan musik mengajarkan tentang kehalusan, kelembutan, cinta dan kasih sayang.

"Karena itu agama dan musik adalah dua nilai yang sangat dibutuhkn untuk trasnsormasi pembangunan peradaban, karena itu mari terus bermusik untuk membangun Indonesia yang jujur berkeadilan tinggi," katanya.

Pewarta: Penina Fiolana Mayaut

Editor : John Nikita S


COPYRIGHT © ANTARA News Ambon, Maluku 2018