Ambon, 29/8 (Antaranews Maluku) - Peneliti ecotoxiologi LIPI Ambon Corryanti Manulang mengatakan, tumpahan minyak dari tangki penampungan BBM milik Pertamina di Wayame-Ambon bisa menimbulkan dampak ekologi karena minyak mengandung bahan-bahan kimia yang tidak mudah hilang dalam perairan.

"Yang terjadi sebenarnya adalah dampak jangka pendek dan jangka panjang dari minyak ini terhadap biota laut," kata Corryanti di Ambon, Rabu.

Jika minyak masuk ke dalam perairan tentunya bisa bercampur dengan air di atas permukaan dan juga ke sedimen, dimana air akan berubah warna menjadi hitam dan sedimen mengeluarkan bau busuk.

Menurut dia, untuk dampak kepada biota lautnya seperti larva, plankton, phitoplankton, zooplankton, hingga mangrove bisa berpengaruh, termasuk juga terumbu karang, biota-biota ikan dan burung yang banyak terlihat di Teluk Ambon.

"Jadi dampaknya ada dan minyak yang ada di permukaan air bisa menyebabkan banyak hal seperti menghambat pertukaran oksigen, jadi reaksi fotosintesis oleh phitoplankton bisa terhambat," jelas Corryanti.

Akhirnya biota-biota yang ada di dalam laut bisa kekurangan oksigen dan kebanyakan karbon dioksida (CO2) yang akhirnya bisa mematikan dalam waktu singkat untuk kategori dampak jangka pendek.

"Tetapi yang kita konsen sekali adalah dampak jangka panjangnya, misalnya tumpahan minyak terkontaminasi dengan phitoplankton dan zooplankton lalu dimakan oleh ikan-ikan kecil dan besar lalu terputar dalam rantai makanan, jadi minyak akan tetap dan tidak serta-merta keluar langung dari proses pembuangan," ujarnya.

Ikan juga bisa mati secara langsung atau perlahan, selain itu mangrove bisa mati karena akarnya yang tertutup tumpahan minyak akan membusuk.

Misalnya tumpahan minyak di area Wayame dan terbawa arus ke tempat lain yang ada hutan mangrove lalu menutupi akarnya, maka tumbuhan tersebut tidak bisa bernafas dan biota yang ada di sekitarnya seperti kepiting, molusca, dan sebagainya bisa mati.

Terumbu karang juga sangat sensitif dengan perubahan lingkungan akibat pencemaran dan mengakibatkan kerusakan.

Untuk kawasan Teluk Dalam Kota Ambon ada juga terumbu karang seperti di Lateri tetapi terbanyak di luar kota.

Penggunaan disversan oleh Pertamina untuk mengurai tumpahan minyak di laut mengurai minyak dalam air memang bisa mengurangi dampak negatif karena memecah minyak, tetapi pertanyaannya bahan apa yang dipakai untuk difersan.

Karena difersan biasanya memakai bahan kimia jenis sufaktan yang biasa dipakai dalam detergen.

"Yang perlu diketahui berapa besar kadar hydrokarbonnya di perairan dan LIPI tidak mengambil sampel air maupun sedimen karena Pertamina juga telah melakukannya, tetapi terpenting kadar konsentrasinya tidak boleh lebih dari 1 Ppm," tandas Corryanti.

Kemudian peralatan untuk mengukur hydrokarbon ini terbatas jadi LIPI tidak melakukan penelitian.

Pewarta: Daniel Leonard

Editor : John Nikita S


COPYRIGHT © ANTARA News Ambon, Maluku 2018