Tim dari Pusat Vulkanologi dan Mitigasi dan Bencana Geologi (PVMBG) Bandung, sedang meneliti terjadi tanah amblas di Desa Sila, Pulau Nusalaut, Kabupaten Maluku Tengah, akibat gempa pada 4 November 2019.
Camat Nusalaut, Chris Lailossa ketika dihubungi dari Ambon, Ahad, membenarkan, tiga orang dari PVMBG Bandung tiba di Desa Sila pada Sabtu (16/11) dan intensif meneliti tanah amblas seperti hal serupa di desa Leinitu pada 16 Juni 2012.
"Kami mengapresiasi penelitian Tim PVMBG Bandung karena menjawab keresahan masyarakat Sila karena tanah yang amblas bertambah lebar dan diduga terkait dengan gempa bumi tektonik susulan," ujarnya.
Dampak gempa beruntun bermula dari gempa magnitudo 5,1 pada 12 November 2019 lalu gempa susulan membuat tanah amblas bertambah luas.
"Hanya saja, warga desa Sila tidak berani melakukan pengukuran karena Polsek Nusalaut pada awal terjadi 4 November 2019, telah memasang police line dan mengimbau jangan melakukan aktivitas di sekitar lokasi tanah amblas," ujarnya.
Karena itu, dia memanfaatkan kehadiran Tim dari PVBMG Bandung yang melakukan penelitian juga untuk memberikan sosialisasi kepada masyarakat desa Sila maupun tetangganya soal penyebab terjadinya tanah amblas dan upaya menghindari kecelakaan di sekitar lokasi.
"Saya telah meminta kesediaan Tim dari PVBMG Bandung untuk memberikan sosialisasi pada Minggu (17/11) malam karena mereka dijadwalkan kembali pada 18 November 2019," kata Chris.
Dia merujuk tanah amblas saat awal terjadi pada 4 November 2019, sekitar pukul 10.00 WIT hanya 75 CM. Namun, pada 6 November 2019 kedalamannya antara 12-15 meter dan keretakan tanah selebar 25 meter dengan panjang 100 meter ke arah pantai.
"Selain itu, tiga unit rumah warga Sila retak-retak sehingga diimbau agar mengungsi untuk sementara sambil menunggu hasil penelitian dari tim PVMBG Bandung," ujar Chris.
Sebelumnya, Kades Leinitu Decky Tanasale mengatakan berdasarkan hasil penelitian Staf PVMBG Bandung, Salwan Palgunadi memastikan terjadi tanah amblas di desa Leinitu dan Sila, Pulau Nusalaut, Kabupaten Maluku Tengah pada 16 Juni 2012.
"Tanah amblas terjadi karena tekstur tanah berupa bebatuan koral sehingga bila terjadi gempa tektonik membentuk rongga-rongga," katanya mengutip penjelasan Salwan.
Tanah amblas yang ditinjau di desa Leinitu dan Sila itu berdasarkan pengamatan mengakibatkan retak-retak yang melingkar.
Catatan Antara terjadinya tanah amblas di Desa Leinitu berukuran 2 X 3 meter akibat gempa mengguncang pulau Nusalaut sejak 1 Juni 2012 dan guncangan kuat pada 16 Juni 2012.
Akibat guncangan pada 16 Juni 2012 tanah terbelah, tiga unit rumah warga mengalami retak-retak dan talud penahan ombak patah.*
COPYRIGHT © ANTARA News Ambon, Maluku 2019
Camat Nusalaut, Chris Lailossa ketika dihubungi dari Ambon, Ahad, membenarkan, tiga orang dari PVMBG Bandung tiba di Desa Sila pada Sabtu (16/11) dan intensif meneliti tanah amblas seperti hal serupa di desa Leinitu pada 16 Juni 2012.
"Kami mengapresiasi penelitian Tim PVMBG Bandung karena menjawab keresahan masyarakat Sila karena tanah yang amblas bertambah lebar dan diduga terkait dengan gempa bumi tektonik susulan," ujarnya.
Dampak gempa beruntun bermula dari gempa magnitudo 5,1 pada 12 November 2019 lalu gempa susulan membuat tanah amblas bertambah luas.
"Hanya saja, warga desa Sila tidak berani melakukan pengukuran karena Polsek Nusalaut pada awal terjadi 4 November 2019, telah memasang police line dan mengimbau jangan melakukan aktivitas di sekitar lokasi tanah amblas," ujarnya.
Karena itu, dia memanfaatkan kehadiran Tim dari PVBMG Bandung yang melakukan penelitian juga untuk memberikan sosialisasi kepada masyarakat desa Sila maupun tetangganya soal penyebab terjadinya tanah amblas dan upaya menghindari kecelakaan di sekitar lokasi.
"Saya telah meminta kesediaan Tim dari PVBMG Bandung untuk memberikan sosialisasi pada Minggu (17/11) malam karena mereka dijadwalkan kembali pada 18 November 2019," kata Chris.
Dia merujuk tanah amblas saat awal terjadi pada 4 November 2019, sekitar pukul 10.00 WIT hanya 75 CM. Namun, pada 6 November 2019 kedalamannya antara 12-15 meter dan keretakan tanah selebar 25 meter dengan panjang 100 meter ke arah pantai.
"Selain itu, tiga unit rumah warga Sila retak-retak sehingga diimbau agar mengungsi untuk sementara sambil menunggu hasil penelitian dari tim PVMBG Bandung," ujar Chris.
Sebelumnya, Kades Leinitu Decky Tanasale mengatakan berdasarkan hasil penelitian Staf PVMBG Bandung, Salwan Palgunadi memastikan terjadi tanah amblas di desa Leinitu dan Sila, Pulau Nusalaut, Kabupaten Maluku Tengah pada 16 Juni 2012.
"Tanah amblas terjadi karena tekstur tanah berupa bebatuan koral sehingga bila terjadi gempa tektonik membentuk rongga-rongga," katanya mengutip penjelasan Salwan.
Tanah amblas yang ditinjau di desa Leinitu dan Sila itu berdasarkan pengamatan mengakibatkan retak-retak yang melingkar.
Catatan Antara terjadinya tanah amblas di Desa Leinitu berukuran 2 X 3 meter akibat gempa mengguncang pulau Nusalaut sejak 1 Juni 2012 dan guncangan kuat pada 16 Juni 2012.
Akibat guncangan pada 16 Juni 2012 tanah terbelah, tiga unit rumah warga mengalami retak-retak dan talud penahan ombak patah.*
COPYRIGHT © ANTARA News Ambon, Maluku 2019