Kabupaten Buru dan Seram Bagian Barat menjawalkan operasi pengobatan massal filariasis atau penyakit kaki gajah pada 2011. "Tahun depan pengobatan massal filariasis akan dilaksanakan di Kabupaten SBB dan Buru," kata Kepala Dinas Kesehatan (Dinkes) Provinsi Maluku Fat Basalamah kepada ANTARA di Ambon, Selasa. Menurut dia, survei filariasis sudah dilaksanakan di Seram Bagian Barat pada 2010, sedangkan Dinkes Kabupaten Buru baru merencanakan penyelenggaraannya tahun depan. Sementara Kota Ambon telah melakukan survei disusul pengobatan massal filariasis tahap pertama pada 2009. Fat Basalamah menjelaskan, dari seluruh kabupaten/kota di Maluku, baru Ambon, Buru dan Seram Bagian Barat yang sudah programkan pengobatan massal filariasis. Daerah lainnya, Kabupaten Maluku Tengah, Seram Bagian Timur, Maluku Tenggara, Maluku Tenggara Barat, Kepulauan Aru, Maluku Barat Daya, Buru Selatan dan Kota Tual, belum ada laporan terkait survei dan pencegahan penyakit kaki gajah. Jumlah penderita filariasis di Kota Ambon berdasarkan survei 2009 berkisar enam persen atau 26 kasus. Sedangkan hasil survei di Kecamatan Taniwel, Kabupaten Seram Bagian Barat pada 2010 menunjukkan berkisar 18 persen atau delapan kasus. Fat Basalamah mengatakan, suatu daerah dinyatakan endemis filariasis bila jumlah kasus yang ditemukan lebih dari satu persen. Filariasis adalah penyakit yang disebabkan oleh cacing filaria yang ditularkan melalui nyamuk. Ciri-cirinya, terjadi benjolan di ketiak dan kelir yang berulang-ulang seperti bisul disusul demam. Seorang penderita filariasis yang mengalami pembengkakan pada kaki atau tangannya atau perempuan yang mengalami pembesaran di payudara, sedangkan laki-laki di buah pelirnya menandakan penyakit itu sudah kronis. Menurut Kepala Pemberantasan Penyakit dan Penyehatan Lingkungan (P2PL) Dinkes Kota Ambon, dr Th. Torry, pengobatan yang dilakukan terhadap pasien kronis hanya bisa menghilangkan cacing-cacing dari dalam tubuh, tetapi tidak dapat mengembalikan keadaan tubuhnya seperti semula. Kabid Penanggulangan dan Pengendalian Bencana Dinkes Maluku dr. Ritha Tahitu mengatakan parahnya tingkat kerusakan atau pembengkakan tidak tergantung pada berapa lama cacing telah bersarang di tubuh, melainkan berapa banyak yang masuk ke tubuh penderita. "Pembengkakan itu terjadi bukan karena lamanya seseorang menderita filariasis, melainkan berapa banyak cacing dalam tubuhnya. Jika jumlah cacingnya banyak, kerusakan tubuh atau pembengkakan semakin cepat," kata Ritha Tahitu.

Pewarta:

Editor :


COPYRIGHT © ANTARA News Ambon, Maluku 2010