Pandemi COVID-19 yang melanda dunia sejak akhir tahun lalu berujung pada lesunya tempat usaha, tidak terkecuali objek wisata Museum Siwalima di Kota Ambon, Maluku.
Seperti diakui Jean Esther Saiya, Kepala Museum Siwalima Provinsi Maluku, objek wisata di kawasan Nusaniwe itu bahkan sempat tutup, tidak menerima pengunjung, lantaran penyakit mematikan yang diduga kuat berasal dari Kota Wuhan di China itu merebak ke Indonesia dan masuk ke Maluku pada kuartal pertama 2020.
"Sebelumnya museum ditutup dan baru buka lagi Juni kemarin. Jumlah pengunjung memang menurun drastis, bahkan hampir tak ada yang datang," katanya, saat diwawancarai Antara pada pembukaan Pameran Alat Musik Tradisional Nusantara, Selasa lalu (3/11).
Pada pameran bertema "Simfoni Cinta Nusantara" yang dijadwalkan berlangsung hingga 25 November 2020, ada 263 alat musik tradisional jenis petik, pukul, dan gesek asli Indonesia. Pengunjung dapat melihatnya di gedung pameran museum tersebut.
Ratusan alat musik tradisional itu sendiri merupakan koleksi dari 31 museum di Indonesia, beberapa di antaranya Museum Nasional, Museum MH Thamrin, Museum Sejarah Kota Jakarta, Museum Seribu Moko, dan Museum Loka Budaya Universitas Cendrawasih.
Alat musik tradisional Maluku yang dipamerkan antara lain jukulele, rebana, tifa, rumba dari tempurung kelapa, suling melintang atau floit, suling paruh, tahuri (terompet dari kulit kerang), gong totobuang, gong sedang, hawaian, tiwal, dan prai.
Pameran alat musik tradisional nusantara merupakan kegiatan bersama museum negeri provinsi. Pertama kali digelar di Museum Nasional Jakarta dan sudah keliling 11 kota di tanah air, termasuk di ibu kota provinsi Maluku.
Sebelum di Museum Siwalima Ambon, pameran digelar di Museum Mpu Tantular Sidoarjo, Jawa Timur, 14 Agustus-14 September 2019.
Acara pembukaan pameran di Museum Siwalima kala itu diwarnai penampilan orkes musik tradisional Molucca Bamboo Wind Orchestra (MBWO) pimpinan konduktor Meynard Reynold Nathanael Alfons alias Rence Alfons, membawakan tembang-tembang tradisional nusantara secara medley dengan iringan tiupan suling bambu.
Didirikan tahun 2010, MBWO memiliki keunikan tersendiri karena beranggotakan 140 seniman dengan latar belakang berbeda-beda. Di antara mereka ada pelajar SMP dan SMA, mahasiswa, tukang tifar (pembuat sopi), tukang ojek, tukang becak, montir bengkel, Pegawai Negeri Sipil (PNS) dan pensiunan PNS, polisi dan pensiun polisi serta tukang bangunan.
Rumah peradaban
Pameran Alat Musik Tradisional Nusantara merupakan kegiatan ketiga yang digelar Museum Siwalima pada tahun ini, dalam upaya tetap eksis di era pandemi COVID-19.
Sebelumnya, pengelola menggelar pameran virtual "Dari Maluku untuk Indonesia" untuk menyemarakkan Pekan Kebudayaan Daerah Maluku, perayaan Kemerdekaan Republik Indonesia ke-75 tahun tanggal 17 Agustus, dan HUT Provinsi Maluku ke-75 tanggal 19 Agustus.
Mengangkat konsep sejarah orang-orang Maluku di masa lalu yang ikut berjuang untuk kemerdekaan Indonesia, pameran virtual pertama museum Siwalima itu digelar di lantai dua gedung pameran Sasadu.
Proses pengambilan gambar dilaksanakan pada 19 Agustus 2020 dan tayang dengan durasi sekitar satu jam di kanal YouTube Dinas Pendidikan dan Kebudayaan (Disdkbud) Provinsi Maluku pada 27 Agustus 2020.
Jean Esther Siahaya mengatakan kegiatan itu digelar sesuai dengan arahan Dirjen Kebudayaan Hilmar Farid yang mengharapkan seluruh museum negeri (provinsi) membuat pameran temporer secara virtual tentang sejarah perjuangan di daerah masing-masing.
Pameran "Dari Maluku untuk Indonesia" dibuat dengan gaya yang lebih milenial agar bisa menarik minat penonton dari kalangan muda, khususnya pelajar. Pemandu pameran virtual pun diberi pembekalan khusus, yakni latihan memandu dan menginformasikan objek yang dipamerkan tanpa berhadapan langsung dengan pengunjung.
Selain pameran, pengelola juga mengadakan lomba vlog untuk mempromosikan museum Siwalima. Tujuannya agar masyarakat dapat menikmati museum walaupun dari rumah, serta ada literasi di dalamnya.
"Ini upaya menunjukkan keberadaan museum bukan menjadi gedung tua yang menyimpan barang-barang kuno, tetapi museum merupakan rumah peradaban," kata Jean.
Permainan tradisional
Tidak hanya pameran, upaya untuk tetap menjaga eksistensi atau keberadaan Museum Siwalima sebagai objek wisata budaya juga dilakukan pengelola dengan menggelar permainan tradisional masyarakat Maluku.
Dalam rangka memeringati Hari Museum Indonesia ke-5 tanggal 12 Oktober 2020, pengelola Museum Siwalima menyelenggarakan lomba permainan tradisional egrang batok untuk tingkat Sekolah Dasar dan lompat karung untuk tingkat Sekolah Menengah Pertama.
Kegiatan itu sendiri disebut sejalan dengan tugas fungsi museum untuk mendokumentasikan dan melestarikan benda alam dan buatan manusia.
Menurut Jean, permainan tradisional merupakan permainan yang dilakukan dengan berpegang teguh pada norma, adat kebiasaan, yang sudah ada secara turun temurun dan bisa menciptakan rasa senang dan riang gembira bagi anak-anak yang melakukan permainan tersebut.
Masyarakat Indonesia sejak dulu sampai saat ini biasanya memanfaatkan bahan alam untuk menciptakan alat permainan dan mereka melakukan permainan ini secara bersama atau beramai- ramai.
Lomba permainan tradisional diharapkan dapat mempertahankan nilai-nilai kearifan lokal orang Indonesia di era negara tanpa batas dewasa ini, akibat globalisasi dan kemajuan teknologi informasi yang tidak hanya berdampak positif tetapi juga negatif (pergaulan bebas, individualisme, kekerasan).
"Permainan anak-anak beralih menggunakan perangkat elektronik, komputer, dan perangkat seluler, yang kemudian menggeser rasa sosial dari jiwa anak dan kemudian tumbuh rasa individual dalam diri anak tersebut," kata Jean.
Selain untuk menghidupkan kembali kecintaan anak-anak pada permainan tradisional, lomba yang digelar dengan protokol kesehatan secara ketat itu juga merupakan upaya memupuk jiwa sportivitas dan jiwa sosial pada anak-anak sejak dini.
Koleksi Museum
Menurut catatan yang diunggah di laman Wikipedia, Museum Siwalima yang terletak di kawasan Taman Makmur, desa Amahusu, Kecamatan Nusaniwe, Kota Ambon, Maluku, didirikan tanggal 8 November 1973 dan diresmikan tanggal 26 Maret 1977. Berjarak sekitar 5 kilometer dari Pusat Kota Ambon, lokasi bangunan berada di atas bukit yang menghadap ke Teluk Ambon.
Museum itu memiliki tiga ruang pameran. Pertama ruang pameran Busana Pengantin Nusantara, berisi koleksi pakaian pengantin yang ada di Indonesia, secara khusus pengantin Maluku. Kedua ruang pameran Sejarah Maluku, menyimpan segala hal yang berkaitan dengan budaya Maluku seperti bangunan asli Maluku, pakaian adat, alat-alat pertanian, senjata khas, perlengkapan upacara adat, uang lama, dan berbagai guci.
Ketiga ruang pameran Kelautan yang menampilkan keindahan laut Maluku dan alat-alat transportasi sejak zaman klasik hingga modern. Koleksi spesies laut yang menakjubkan di ruang ini adalah beberapa rangka paus dan buaya.
Ribuan koleksi yang tersimpan di Museum Siwalima terbagi atas 10 jenis, masing-masing geologika, biologika, etnografika, arkeologika, historika, numismatika heraldika, filologika, keramika, teknologi modern, dan seni rupa.
Seluruhnya ada 5.300 koleksi, Wikipedia menyebut ada sejumlah koleksi yang belum dipamerkan, dan setiap lima tahun sekali akan ada perubahan koleksi yang dipamerkan.
Kebanyakan koleksi sejarah dan budaya Maluku di museum itu berasal dari Kabupaten Maluku Tenggara Barat (kini Kepulauan Tanimbar), Maluku Barat Daya, dan Maluku Tengah. Beberapa koleksi keramik kuno China yang berasal dari zaman Dinasti Ming diperoleh dari Kabupaten Kepulauan Tanimbar dan Maluku Barat Daya.
Museum Siwalima menyediakan jasa pemandu bagi siapa saja yang ingin dijelaskan seluruh isi museum secara rinci. Pengunjung juga dapat membuat permintaan khusus untuk menikmati sajian musik lokal, pementasan tari, dan demo pembuatan kain tenun.
Dengan membayar harga tiket masuk Rp5.000 (dewasa) dan Rp2.000 (anak-anak), siapa saja boleh datang dan menikmati berbagai koleksi yang ada di museum ini mulai jam 09.00-16.00 WIT.
Saat ini, Pameran Alat Musik Tradisional Nusantara masih akan berlangsung hingga 25 November 2020. Bagi yang berminat, "Yuk kita ke sana!"
Dengan kreativitas dan upaya yang tidak kenal lelah dari pengelola, museum-museum di Indonesia, termasuk Siwalima, tak akan menjadi destinasi wisata yang menjenuhkan dan senyap tapi akan menjadi tujuan yang menarik bagi wisatawan tak terkecuali anak-anak muda untuk mengenal sejarah masa lalu sembari bermain dengan menyenangkan.
COPYRIGHT © ANTARA News Ambon, Maluku 2020
Seperti diakui Jean Esther Saiya, Kepala Museum Siwalima Provinsi Maluku, objek wisata di kawasan Nusaniwe itu bahkan sempat tutup, tidak menerima pengunjung, lantaran penyakit mematikan yang diduga kuat berasal dari Kota Wuhan di China itu merebak ke Indonesia dan masuk ke Maluku pada kuartal pertama 2020.
"Sebelumnya museum ditutup dan baru buka lagi Juni kemarin. Jumlah pengunjung memang menurun drastis, bahkan hampir tak ada yang datang," katanya, saat diwawancarai Antara pada pembukaan Pameran Alat Musik Tradisional Nusantara, Selasa lalu (3/11).
Pada pameran bertema "Simfoni Cinta Nusantara" yang dijadwalkan berlangsung hingga 25 November 2020, ada 263 alat musik tradisional jenis petik, pukul, dan gesek asli Indonesia. Pengunjung dapat melihatnya di gedung pameran museum tersebut.
Ratusan alat musik tradisional itu sendiri merupakan koleksi dari 31 museum di Indonesia, beberapa di antaranya Museum Nasional, Museum MH Thamrin, Museum Sejarah Kota Jakarta, Museum Seribu Moko, dan Museum Loka Budaya Universitas Cendrawasih.
Alat musik tradisional Maluku yang dipamerkan antara lain jukulele, rebana, tifa, rumba dari tempurung kelapa, suling melintang atau floit, suling paruh, tahuri (terompet dari kulit kerang), gong totobuang, gong sedang, hawaian, tiwal, dan prai.
Pameran alat musik tradisional nusantara merupakan kegiatan bersama museum negeri provinsi. Pertama kali digelar di Museum Nasional Jakarta dan sudah keliling 11 kota di tanah air, termasuk di ibu kota provinsi Maluku.
Sebelum di Museum Siwalima Ambon, pameran digelar di Museum Mpu Tantular Sidoarjo, Jawa Timur, 14 Agustus-14 September 2019.
Acara pembukaan pameran di Museum Siwalima kala itu diwarnai penampilan orkes musik tradisional Molucca Bamboo Wind Orchestra (MBWO) pimpinan konduktor Meynard Reynold Nathanael Alfons alias Rence Alfons, membawakan tembang-tembang tradisional nusantara secara medley dengan iringan tiupan suling bambu.
Didirikan tahun 2010, MBWO memiliki keunikan tersendiri karena beranggotakan 140 seniman dengan latar belakang berbeda-beda. Di antara mereka ada pelajar SMP dan SMA, mahasiswa, tukang tifar (pembuat sopi), tukang ojek, tukang becak, montir bengkel, Pegawai Negeri Sipil (PNS) dan pensiunan PNS, polisi dan pensiun polisi serta tukang bangunan.
Rumah peradaban
Pameran Alat Musik Tradisional Nusantara merupakan kegiatan ketiga yang digelar Museum Siwalima pada tahun ini, dalam upaya tetap eksis di era pandemi COVID-19.
Sebelumnya, pengelola menggelar pameran virtual "Dari Maluku untuk Indonesia" untuk menyemarakkan Pekan Kebudayaan Daerah Maluku, perayaan Kemerdekaan Republik Indonesia ke-75 tahun tanggal 17 Agustus, dan HUT Provinsi Maluku ke-75 tanggal 19 Agustus.
Mengangkat konsep sejarah orang-orang Maluku di masa lalu yang ikut berjuang untuk kemerdekaan Indonesia, pameran virtual pertama museum Siwalima itu digelar di lantai dua gedung pameran Sasadu.
Proses pengambilan gambar dilaksanakan pada 19 Agustus 2020 dan tayang dengan durasi sekitar satu jam di kanal YouTube Dinas Pendidikan dan Kebudayaan (Disdkbud) Provinsi Maluku pada 27 Agustus 2020.
Jean Esther Siahaya mengatakan kegiatan itu digelar sesuai dengan arahan Dirjen Kebudayaan Hilmar Farid yang mengharapkan seluruh museum negeri (provinsi) membuat pameran temporer secara virtual tentang sejarah perjuangan di daerah masing-masing.
Pameran "Dari Maluku untuk Indonesia" dibuat dengan gaya yang lebih milenial agar bisa menarik minat penonton dari kalangan muda, khususnya pelajar. Pemandu pameran virtual pun diberi pembekalan khusus, yakni latihan memandu dan menginformasikan objek yang dipamerkan tanpa berhadapan langsung dengan pengunjung.
Selain pameran, pengelola juga mengadakan lomba vlog untuk mempromosikan museum Siwalima. Tujuannya agar masyarakat dapat menikmati museum walaupun dari rumah, serta ada literasi di dalamnya.
"Ini upaya menunjukkan keberadaan museum bukan menjadi gedung tua yang menyimpan barang-barang kuno, tetapi museum merupakan rumah peradaban," kata Jean.
Permainan tradisional
Tidak hanya pameran, upaya untuk tetap menjaga eksistensi atau keberadaan Museum Siwalima sebagai objek wisata budaya juga dilakukan pengelola dengan menggelar permainan tradisional masyarakat Maluku.
Dalam rangka memeringati Hari Museum Indonesia ke-5 tanggal 12 Oktober 2020, pengelola Museum Siwalima menyelenggarakan lomba permainan tradisional egrang batok untuk tingkat Sekolah Dasar dan lompat karung untuk tingkat Sekolah Menengah Pertama.
Kegiatan itu sendiri disebut sejalan dengan tugas fungsi museum untuk mendokumentasikan dan melestarikan benda alam dan buatan manusia.
Menurut Jean, permainan tradisional merupakan permainan yang dilakukan dengan berpegang teguh pada norma, adat kebiasaan, yang sudah ada secara turun temurun dan bisa menciptakan rasa senang dan riang gembira bagi anak-anak yang melakukan permainan tersebut.
Masyarakat Indonesia sejak dulu sampai saat ini biasanya memanfaatkan bahan alam untuk menciptakan alat permainan dan mereka melakukan permainan ini secara bersama atau beramai- ramai.
Lomba permainan tradisional diharapkan dapat mempertahankan nilai-nilai kearifan lokal orang Indonesia di era negara tanpa batas dewasa ini, akibat globalisasi dan kemajuan teknologi informasi yang tidak hanya berdampak positif tetapi juga negatif (pergaulan bebas, individualisme, kekerasan).
"Permainan anak-anak beralih menggunakan perangkat elektronik, komputer, dan perangkat seluler, yang kemudian menggeser rasa sosial dari jiwa anak dan kemudian tumbuh rasa individual dalam diri anak tersebut," kata Jean.
Selain untuk menghidupkan kembali kecintaan anak-anak pada permainan tradisional, lomba yang digelar dengan protokol kesehatan secara ketat itu juga merupakan upaya memupuk jiwa sportivitas dan jiwa sosial pada anak-anak sejak dini.
Koleksi Museum
Menurut catatan yang diunggah di laman Wikipedia, Museum Siwalima yang terletak di kawasan Taman Makmur, desa Amahusu, Kecamatan Nusaniwe, Kota Ambon, Maluku, didirikan tanggal 8 November 1973 dan diresmikan tanggal 26 Maret 1977. Berjarak sekitar 5 kilometer dari Pusat Kota Ambon, lokasi bangunan berada di atas bukit yang menghadap ke Teluk Ambon.
Museum itu memiliki tiga ruang pameran. Pertama ruang pameran Busana Pengantin Nusantara, berisi koleksi pakaian pengantin yang ada di Indonesia, secara khusus pengantin Maluku. Kedua ruang pameran Sejarah Maluku, menyimpan segala hal yang berkaitan dengan budaya Maluku seperti bangunan asli Maluku, pakaian adat, alat-alat pertanian, senjata khas, perlengkapan upacara adat, uang lama, dan berbagai guci.
Ketiga ruang pameran Kelautan yang menampilkan keindahan laut Maluku dan alat-alat transportasi sejak zaman klasik hingga modern. Koleksi spesies laut yang menakjubkan di ruang ini adalah beberapa rangka paus dan buaya.
Ribuan koleksi yang tersimpan di Museum Siwalima terbagi atas 10 jenis, masing-masing geologika, biologika, etnografika, arkeologika, historika, numismatika heraldika, filologika, keramika, teknologi modern, dan seni rupa.
Seluruhnya ada 5.300 koleksi, Wikipedia menyebut ada sejumlah koleksi yang belum dipamerkan, dan setiap lima tahun sekali akan ada perubahan koleksi yang dipamerkan.
Kebanyakan koleksi sejarah dan budaya Maluku di museum itu berasal dari Kabupaten Maluku Tenggara Barat (kini Kepulauan Tanimbar), Maluku Barat Daya, dan Maluku Tengah. Beberapa koleksi keramik kuno China yang berasal dari zaman Dinasti Ming diperoleh dari Kabupaten Kepulauan Tanimbar dan Maluku Barat Daya.
Museum Siwalima menyediakan jasa pemandu bagi siapa saja yang ingin dijelaskan seluruh isi museum secara rinci. Pengunjung juga dapat membuat permintaan khusus untuk menikmati sajian musik lokal, pementasan tari, dan demo pembuatan kain tenun.
Dengan membayar harga tiket masuk Rp5.000 (dewasa) dan Rp2.000 (anak-anak), siapa saja boleh datang dan menikmati berbagai koleksi yang ada di museum ini mulai jam 09.00-16.00 WIT.
Saat ini, Pameran Alat Musik Tradisional Nusantara masih akan berlangsung hingga 25 November 2020. Bagi yang berminat, "Yuk kita ke sana!"
Dengan kreativitas dan upaya yang tidak kenal lelah dari pengelola, museum-museum di Indonesia, termasuk Siwalima, tak akan menjadi destinasi wisata yang menjenuhkan dan senyap tapi akan menjadi tujuan yang menarik bagi wisatawan tak terkecuali anak-anak muda untuk mengenal sejarah masa lalu sembari bermain dengan menyenangkan.
COPYRIGHT © ANTARA News Ambon, Maluku 2020