Mengenal Soba, Kampung Batu di Kota Sejuta Rawa
Rabu, 2 Februari 2011 15:47 WIB
Mappi merupakan kabupaten baru, pemekaran kabupaten induk Merauke, Papua. Kabupaten Mappi beribukota di Kepi, sebuah kota yang terletak di tepian sungai Obaa, anak sungai Digul.
Kepi hanya bisa ditempuh dengan dua cara. Pertama, terbang dengan pesawat berbadan kecil dari Merauke atau Timika, dengan lama perjalanan 1-3 jam, tergantung cuaca.
Bisa juga ditempuh menggunakan kapal laut dari Merauke, namun karena bisa memakan waktu berhari-hari dengan melewati ganasnya gelombang perairan Arafuru, jalur ini jarang menjadi pilihan warga.
Empat tahun di bawah kepemimpinan bupati Drs Aminadab Jumame, Kota Kepi dan kabupaten Mappi, tumbuh menjadi daerah yang mulai dikenal di Papua. Pembangunan infrastruktur dan perekonomian yang "kencang", membuat masyarakat Mappi beringsut maju dan sejahtera.
Di Kepi, hampir semua orang mengenal Kampung Soba. Kampung inilah satu-satunya lokasi wisata di Kepi. Kampung Soba, dikenal sebagai kampung batu.
"Kampung Batu" di tengah "kota sejuta Rawa" merupakan julukan tepat buat Kampung Soba. Letak geografisnya di tengah-tengah rawa, tetapi jadi penghasil batu yang digunakan untuk pembangunan di Mappi.
Kampung Soba terletak sebelah barat, sekitar 15 kilometer dari Kepi. Jalan beraspal membuat daerah itu bisa dijangkau dengan kendaraan roda dua dan empat sekitar 15 menit.
Memasuki gerbang kampung Soba, mulai tampak kehidupan masyarakatnya yang sebagian besar bermata pencaharian sebagai pengumpul batu. Batu-batu di kampung Soba harus digali dari dalam tanah merah diperbukitan wilayah itu.
Gundukan-gundukan batu yang tersusun rapi di pinggir kiri-kanan jalan, menjadi pemandangan sehari-hari kampung yang menjadi juara dua lomba kampung tingkat provinsi Papua 2009 itu.
"Satu tumpukan batu-batu itu, kita hargai satu juta lima ratus ribu rupiah, harga itu bisa saja naik jika sedang banyak permintaan," kata kepala kampung Soba, Fidelis Kabenimu yang ramah, saat ANTARA Jayapura bertandang ke rumahnya akhir Januari lalu.
Yang disebut batuan di kampung Soba, sebenarnya lebih mirip dengan endapan tanah yang memadat, sehingga tampak seperti batu. Oleh masyarakat, batu-batu itu dipecah-pecah dalam berbagai ukuran.
"Kalau di kota mungkin anda katakan bukan batu, tapi di tengah rawa ini adalah batu, dan Kampung Soba adalah penghasilnya," kata Fidelis tersenyum.
Fidelis Kabenimu yang berpostur tinggi dan tegap, khas masyarakat Papua Selatan, lalu mengantar dan memperlihatkan beberapa warganya yang sedang menggali batu di bukit depan rumahnya.
"Harganya belum ada kenaikan," jawab seorang warga yang sedang menggali batu saat ditanyai sang kepala kampung.
Menurut Fidelis Kabenimu, jika sedang banyak permintaan batu untuk pembangunan di Mappi, warganya sampai sulit melayaninya, bahkan truk-truk yang datang ingin membeli batu sampai antri di kampung yang hampir semua rumah penduduknya sudah terbuat dari batu bata itu.
Ia juga menceritakan kehidupan masyarakat di kampungnya yang sangat harmonis dan saling membantu. Kaum lelaki biasanya bekerja sebagai pengumpul batu, sementara perempuannya berkebun atau mencari ikan di sungai.
Beberapa wanita dewasa kampung Soba kerap terlihat sedang asyik berjalan tanpa alas kaki sambil bercanda dan menggendong ikatan besar kayu bakar dan mengaitkan talinya pada kening mereka.
Itu memang cara khas masyarakat Papua khususnya di bagian Selatan dan Pegunungan dalam membawa suatu beban berat.
Kasubag Humas dan Pengolahan Data Elektronik Kabupaten Mappi, Eko Purwanto S.Sos yang ikut menemani ANTARA menjelaskan, sebagian besar masyarakat di kabupaten Mappi mencari ikan di sungai atau kali dan berkebun.
Sebagian besar wilayah Kabupaten Mappi merupakan dataran rendah berawa-rawa yang memiliki ketinggian antara 0 - 100 m dari permukaan laut.
Sekurang-kurangnya ada 14 sungai yang biasa digunakan sebagai sarana transportasi atau penghubung antar distrik.
"Makanya kampung Soba ini sangat terkenal di Mappi sebagai daerah penghasil batu," katanya.
Di Soba juga tempat rekreasi bernama ujung aspal, yang menyuguhkan pemandangan alam berupa sungai kecil berawa di sudut kampung,ujar pria asal Makassar kelahiran distrik Bade, Mappi ini.
Pria satu anak itu tanpa lelah selalu menawarkan diri mengantarkan kami untuk mengelilingi setiap sudut Kampung Soba.
Mappi memang beruntung memiliki Soba, meskipun daerahnya berawa-rawa masih ada batu, walau sebatas batu "tanah" yang mengeras. Bandingkan dengan Kabupaten Asmat yang memang tak punya batu sama sekali.
Bupati Kabupaten Mappi, Papua, Drs Aminadab Jumame yang ditemui ditempat terpisah mengakui pihaknya memang kesulitan mencari batu berkualitas sebagai bahan bangunan. Bahkan pihaknya dalam pembangunan harus mendatangkan batuan dan kerikil dari luar Mappi, dengan menggunakan kapal barang. Itupun jadwalnya tidak bisa dipastikan.
"Itu juga yang membuat anggaran yang dibutuhkan untuk mendirikan sebuah bangunan permanen di kabupaten Mappi menjadi sangat mahal jika dibandingkan dengan daerah lain di Papua. Karena batu kerikil saja harus beli dari luar," jelasnya.
Menurut Aminadab Jumame, masyarakat Mappi pada prinsipnya adalah pekerja keras dan mendukung pembangunan di daerah mereka, hanya saja keterbatasan infrasruktur seperti bahan bangunan dan sarana pendukung lainnya seperti listrik yang baru menyala enam jam, sedikit banyak membuat jalannya pembangunan belum maksimal.
Sebagai daerah tadah hujan, ketersediaan air di Mappi tergantung musim. Ditambah wilayahnya yang sulit ditempuh, mengakibatkan harga-harga kebutuhan hidup di Mappi mahal.
Pemerintah daerah kabupaten Mappi sendiri, terus memberdayakan potensi yang ada di daerah itu, untuk menopang jalannya pembangunan daerah.
"Seperti potensi batuan di kampung Soba, sangat membantu sebagai bahan bangunan dalam pengerjaan proyek kita," terang bupati Aminadab Jumame. (Marcelinus Kelen)