Ambon (ANTARA) - Provinsi Maluku resmi menggelar kompetisi selancar perdana bertajuk Lawe Kokohu Surfing Latu 2025 di Kabupaten Seram Bagian Barat sebagai upaya menjaring atlet potensial sekaligus ajang promosi pariwisata
“Turnamen ini bukan sekadar ajang kompetisi olahraga, melainkan sebuah inisiatif dalam mendukung implementasi kurikulum merdeka melalui pendekatan project based learning serta deep learning yang berakar pada konteks kearifan lokal dan potensi pariwisata wilayah pesisir,” kata Gubernur Maluku Hendrik Lewerissa saat membuka kompetisi tersebut di Seram Bagian Barat (SBB), Kamis.
Dirinya mengungkapkan Negeri Latu merupakan salah satu negeri adat terbesar di Wilayah Timur Kabupaten SBB, selain kaya dengan kearifan lokal, negeri itu juga kaya dengan sumber daya alam seperti cengkeh, kelapa, serta keindahan pantai yang eksotik.
“Satu keistimewaan lain yaitu, pada musim timur pesisir pantai Latu yang indah nan eksotik itu memiliki potensi ombak yang sangat baik, sehingga sejak dulu kebiasaan Lawe Kokohu atau surfing sudah dilakukan oleh anak-anak dari generasi ke generasi, hanya saja pada saat ini masih berselancar dengan gaya dada,” ucapnya.
Pasalnya dalam tujuh tahun belakangan, anak-anak berselancar di Negeri Latu tanpa belajar dari guru yang profesional serta tidak menggunakan papan surfing, cukup dengan papan seadanya, tapi aksinya seperti peselancar yang profesional.
“Oleh karena itu, garis pantai yang indah dan ombak yang potensial untuk olahraga air, atau yang dalam istilah sehari-hari masyarakat setempat dikenal dengan Lawe Kokohu adalah aset berharga, yang harus kita jaga dan dikembangkan,” kata Gubernur.
Gubernur mengatakan surfing di Desa Latu bukanlah sekadar olahraga modern, tetapi ini adalah bagian dari tradisi turun-temurun yang telah mengakar kuat dalam kehidupan masyarakat pesisir.
“Anak-anak remaja Desa Latu telah terbiasa menari di atas ombak dengan menggunakan alat sederhana, yang merupakan perwujudan kearifan lokal, hubungan harmonis dengan alam, dan semangat hidup masyarakat pesisir,” ungkap Lewerissa.
Lebih lanjut, Gubernur mengatakan ini adalah kesempatan emas untuk melestarikan kearifan lokal dan memperkenalkannya kepada dunia luar, menjadi media edukasi dan pemberdayaan pemuda desa, serta meningkatkan kesadaran akan pentingnya pelestarian lingkungan laut.
“Turnamen surfing Lawe Kokohu ini diisi dengan berbagai proyek edukatif yang sangat relevan dan inovatif seperti, selancar dan sains laut, surfpreneur atau bisnis ramai pantai, kampanye pantai aman dan sehat, papan selancar inovatif dari limbah lokal dan cerita ombak (surfing dalam lensa budaya) dalam rangka menggali dan mendokumentasikan nilai-nilai budaya di balik tradisi surfing,” cakapnya.*