Ambon (ANTARA) - Universitas Darussalam (Unidar) Ambon menggandeng Detasemen Khusus (Densus) 88 Antiteror Polri dalam upaya mencegah penyebaran paham radikal di lingkungan kampus.
Rektor Unidar Ambon, M. Riyadh Ulupatty mengatakan pentingnya sinergisitas antara perguruan tinggi dan aparat keamanan. “Kami sangat terbuka untuk kerja sama berkelanjutan dalam pencegahan dan edukasi seputar radikalisme, demi menciptakan generasi muda yang tangguh secara intelektual dan ideologis,” kata Rektor, di Ambon, Senin.
Hal ini disampaikannya dalam kegiatan Pengenalan Kehidupan Kampus Bagi Mahasiswa Baru (PK2MB) yang menghadirkan Tim Cegah Satgaswil Maluku Densus 88 sebagai narasumber langsung.
Menurutnya, kampus harus menjadi ruang aman bagi mahasiswa untuk berkembang tanpa terpapar paham intoleran. “Kita ingin memastikan Unidar Ambon tetap menjadi rumah bagi lahirnya generasi yang berdaya saing, namun tetap berakar pada nilai kebangsaan, toleransi, dan persatuan,” ujarnya.
Sementara itu, Tim Densus 88 dipimpin Iptu Irawan Rumasoreng bersama delapan personel memberikan materi pencegahan Intoleransi, Radikalisme, Ekstremisme, dan Terorisme (IRET) kepada sebanyak 150 mahasiswa baru, dosen, serta pimpinan universitas.
Dalam paparannya, Iptu Irawan menekankan pentingnya membentengi diri dari pengaruh paham radikal yang dapat menyasar siapa saja. “Radikalisme bisa muncul dalam berbagai bentuk dan menyerang siapa saja tanpa memandang agama maupun latar belakang. Keterbukaan informasi di era digital membuat penyebarannya semakin cepat, termasuk di kalangan kampus,” terangnya.
Ia juga memaparkan strategi pencegahan IRET di kampus, potensi penyebaran radikalisme, faktor penyebab ekstremisme, hingga penjelasan tentang proses terorisme dan karakter pelaku kepada seluruh mahasiswa baru.
Kegiatan ini menjadi upaya konkret Unidar Ambon bersama Densus 88 dalam membangun kesadaran kolektif agar kampus tetap menjadi ruang akademik yang bebas dari paham intoleran dan kekerasan.
Ketua majelis ulama Indonesia (MUI) Provinsi Maluku Abdullah Latuapo, juga menilai kolaborasi dengan Densus 88 sebagai langkah nyata kampus dalam mengantisipasi infiltrasi ideologi berbahaya.
Ia menegaskan pentingnya peran perguruan tinggi dalam membangun generasi muda yang berkarakter moderat dan cinta damai.
“Mahasiswa sebagai agen perubahan harus memiliki kesadaran dan ketahanan ideologi. Materi ini sangat penting sebagai bekal membentengi diri dari pengaruh paham radikal,” katanya.
