Ambon (ANTARA) - Universitas Pattimura (Unpatti) memaksimalkan pembangunan sumber daya manusia (SDM) melalui pembukaan Program Studi (Prodi) Oseanografi dan Program Studi Pembangunan Sosial.
“Penambahan ini menandai bertambahnya jumlah program sarjana menjadi 82 program studi di lingkungan Unpatti, sebagai upaya memperluas bidang keilmuan yang relevan dengan kebutuhan pembangunan nasional,” kata Wakil Rektor Bidang Perencanaan, Kerjasama, dan Sistem Informasi Unpatti, Dr Ruslan H. S. Tawari di Ambon, Maluku, Selasa.
Menurutnya, kehadiran dua program studi baru ini merupakan langkah strategis untuk memperkuat kontribusi Unpatti dalam menyiapkan SDM unggul yang mampu bersaing di tingkat nasional maupun global.
“Tantangan kita adalah menyiapkan akreditasi minimal terhadap dua program studi baru ini dengan skema akreditasi yang baru, tentunya agar dapat mencapai akreditasi unggul,” ujarnya.
Ia menambahkan, pihak universitas telah menyiapkan sejumlah langkah strategis, mulai dari penyediaan tenaga pendidik dan tenaga kependidikan, hingga sosialisasi kepada masyarakat agar kedua program studi tersebut dapat dikenal secara luas dan diminati calon mahasiswa.
Program Studi Oseanografi dan Pembangunan Sosial sendiri merupakan dua bidang keilmuan strategis yang dikembangkan Universitas Pattimura untuk menjawab kebutuhan pembangunan daerah kepulauan seperti Maluku.
Program Studi Oseanografi mempelajari laut secara menyeluruh dari aspek fisika, kimia, biologi, dan geologi guna mendukung pengelolaan sumber daya laut dan pembangunan ekonomi biru secara berkelanjutan.
Sementara itu, Program Studi Pembangunan Sosial berfokus pada dinamika dan strategi pembangunan masyarakat, dengan menekankan pemberdayaan sosial, perencanaan partisipatif, serta peningkatan kesejahteraan dan keadilan sosial. Keduanya diharapkan dapat mencetak sumber daya manusia unggul yang mampu berkontribusi dalam pengelolaan potensi maritim sekaligus memperkuat pembangunan sosial di wilayah timur Indonesia.
“Program Studi Pembangunan Sosial hanya dimiliki oleh beberapa universitas di Indonesia. Oleh karena itu, kami perlu bekerja keras melakukan sosialisasi dan rekrutmen mahasiswa agar kedua program ini diminati,” lanjutnya.
“Tahap awal rekrutmen akan mengikuti standar minimal dengan lima dosen pengajar dan sekitar tiga puluh hingga empat puluh mahasiswa baru,” tambahnya.
