Ambon (ANTARA) - Tim akademisi Universitas Pattimura (Unpatti) Ambon melaksanakan pelatihan pembuatan tepung dari berbagai jenis umbi-umbian lokal dan aplikasinya dalam produk roti untuk meningkatkan kemampuan warga di Lamahpelu, Kabupaten Seram Bagian Barat (SBB).
“Kegiatan ini merupakan bagian dari Program Pengabdian Berbasis Masyarakat (PBM) skema Pemberdayaan Masyarakat (PMS), yang didanai oleh Lembaga Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat (LPPM) Universitas Pattimura,” kata Ketua Tim PBM Unpatti Dr C. Lopulalan di Ambon, Maluku, Rabu.
Dia menjelaskan, pelatihan ini bertujuan meningkatkan keterampilan ibu-ibu jemaat gereja setempat dalam mengolah hasil pertanian lokal seperti ubi kayu, ubi jalar, dan keladi menjadi tepung yang dapat diolah menjadi produk makanan seperti cake dan cookies yang bergizi.
“Selama ini umbi-umbian di Lumahpelu umumnya hanya diolah secara tradisional, seperti direbus atau digoreng. Melalui pelatihan ini, kami ingin mendorong inovasi dan menumbuhkan nilai tambah dari bahan pangan lokal,” kata Lopulalan.
Kegiatan pelatihan mencakup proses pembuatan tepung, pembuatan produk bakery, teknik pengemasan, hingga strategi pemasaran agar produk olahan dapat bersaing di pasar lokal maupun nasional.
“Proses pembuatan tepung dari umbi-umbian dimulai dengan memilih umbi yang segar dan bebas dari kerusakan, seperti ubi kayu, ubi jalar, atau keladi. Setelah dibersihkan dari tanah dan kotoran, umbi-umbi tersebut dikupas, lalu dipotong-potong agar lebih mudah diolah,” ujarnya.
Selanjutnya, potongan umbi dihancurkan dengan cara diparut atau diblender hingga menjadi bubur halus. Bubur ini lalu diperas menggunakan kain bersih untuk memisahkan air dari ampasnya. Setelah didiamkan, akan terbentuk endapan pati yang kemudian dijemur di bawah sinar matahari atau dikeringkan dalam oven hingga benar-benar kering.
Pati kering tersebut kemudian digiling hingga menjadi bubuk halus dan diayak untuk mendapatkan tepung yang lembut dan siap digunakan. Proses ini tidak hanya mempertahankan nilai gizi umbi-umbian, tetapi juga memperpanjang daya simpannya serta membuka peluang pemanfaatan dalam berbagai produk olahan makanan.
Lopulalan menambahkan bahwa pelatihan ini tidak hanya berfokus pada peningkatan keterampilan teknis, tetapi juga bertujuan membuka peluang usaha berbasis potensi lokal yang dikelola oleh perempuan.
“Kami berharap pelatihan ini dapat melahirkan usaha kecil dan menengah (UKM) yang mandiri dan berdaya saing, serta meningkatkan kesejahteraan keluarga dan jemaat,” ujarnya.
