Ambon (Antara Maluku) - Tim dari Dinas Pertanian Kehutanan dan Peternakan (Dishutanak) Kota Ambon melakukan sosialisasi penularan penyakit rabies di desa Passo, kecamatan Baguala sehubungan meningkatnya kasus gigitan anjing pada dua pekan terakhir ini.
Sosialisasi dilakukan saat ibadah Minggu, di sembilan gereja yang ada di jemaat Gereja Protestan Maluku (GPM) Passo menindaklanjuti permintaan Penjabat Kades setempat, Alfred Tanahitumeseng.
Staf Dishutanak Pemkot Ambon, Decky Patinama, mengemukakan berdasarkan pendataan terjadi korban gigitan anjing di desa Passo pada dua pekan terakhir sebanyak 26 kasus.
"Tragisnya, tiga dari 26 korban itu meninggal dunia sehingga masyarakat, terutama pemilik anjing perlu diberikan pemahaman soal ancaman penyakit rabies atau biasanya disebut anjing gila," ujarnya.
Dia mengingatkan para pemilik anjing agar mengandangkan binatang piaraan tersebut sehingga tidak berkeliaran di permukiman karena rentan terhadap penularan rabies.
"Perlu ada kesadaran dari para pemilik anjing, terutama saat petugas hendak melakukan vaksinasi karena sering terjadi kesalahpahaman, bahkan menjurus kepada tindakan kekerasan," kata Decky.
Peringatan tersebut karena sering setelah terjadi kasus gigitan anjing dan mengakibatkan korban meninggal barulah petugas maupun Dishutanak disalahkan.
"Pemberian vaksinasi ini tidak dipungut biaya dari para pemilik anjing," tegas Decky.
Dia juga mengingatkan bahwa saat kasus rabies di desa Passo dan Kota Ambon secara umum pada 2003 terjadi korban yang relatif tinggi jumlahnya, tanpa merinci datanya.
"Jadi penularan rabies di Passo pada dua pekan terakhir yang diinformasikan ditularkan anjing dari desa Negeri Lama atau Nania, kecamatan Baguala, Kota Ambon, harus ditangani bersama-sama semua komponen sehingga tidak ada lagi korban," ujar Decky.
Tim dari Dishutanak Pemkot Ambon telah melakukan tindakan penyuntikan vaksin rabies sejak 6 Agustus 2015 dengan tujuan memberikan kekebalan kepada anjing.
Gejala klinis hewan tertular rabies yaitu bentuk beringas hewan terlihat gelisah, gugup, agresif dan menggigit apa saja yang ditemuinya. Respons berlebihan pada suara dan sinar, takut air (hydrophobia) serta keluar air liur berlebihan (hipersalivasi).
Sedangkan, bentuk paralisis ditandai dengan ensefalitis disertai kelemahan bagian belakang tubuh yang menyebabkan hewan berjalan terhuyung-huyung, keganasan berubah menjadi kelumpuhan, kejang-kejang, koma dan terhentinya pernafasan hingga berakhir dengan kematian.
Rabies pada manusia biasanya melalui kontak dengan binatang anjing, kera, kucing, serigala, kelelawar melalui gigitan atau kontak virus lewat air liur dengan luka.
Dishutanak Ambon Sosialisasi Penularan Rabies
Minggu, 9 Agustus 2015 10:15 WIB