Ambon (ANTARA) - Lembaga Pemasyarakatan (Lapas) Kelas III Banda Neira, Maluku, mengajarkan warga binaan mengolah pangan lokal menjadi produk Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM).
“Warga binaan dilibatkan dalam pembuatan sambal motraing berbahan dasar ikan tuna khas Banda, sebagai bagian dari program hilirisasi produk UMKM berkelanjutan,” kata Kepala Lapas kelas III Banda Neira, Mikha dalam keterangan tertulis yang diterima di Ambon, Senin.
Ia mengatakan pelatihan ini merupakan bentuk nyata dari upaya pembinaan yang tidak hanya berfokus pada perubahan perilaku, tetapi juga peningkatan kemampuan ekonomi warga binaan.
“Kami ingin warga binaan pulang dengan keterampilan dan semangat baru untuk hidup mandiri serta menjadi bagian dari penggerak ekonomi kerakyatan,” ujarnya.
Mikha menjelaskan, sambal motraing khas Banda Neira merupakan olahan sambal tradisional yang memadukan cita rasa pedas dan gurih ikan laut segar.
Proses pembuatannya diawali dengan merebus ikan tuna hingga matang, kemudian disuwir halus dan dicampurkan dengan bumbu yang terdiri dari cabai merah, bawang merah, bawang putih, dan tomat yang diulek kasar agar teksturnya tetap terasa.
Bumbu tersebut kemudian ditumis bersama serai dan daun jeruk hingga harum, lalu dicampur dengan ikan suwir dan dimasak perlahan hingga kering dan berminyak.
Ciri khas sambal ini terletak pada aroma ikan laut yang kuat serta rasa pedas yang tajam, menjadikannya pelengkap ideal untuk berbagai hidangan.
“Dalam pengembangan usaha mikro, sambal motraing dikemas dalam botol kecil dengan label lokal, menjadi produk unggulan khas Banda Neira yang bernilai ekonomi tinggi serta berpotensi memperkuat identitas kuliner Maluku di pasar nasional,” tuturnya.
Di tempat terpisah Kepala Kantor Wilayah (Kanwil) Direktorat Jenderal (Ditjen) Pemasyarakatan Maluku Ricky Dwi Biantoro memberikan apresiasi atas inisiatif tersebut. Menurutnya, kegiatan seperti ini menjadi wujud nyata pembinaan yang berdampak langsung terhadap ekonomi masyarakat.
“Pembinaan di lapas tidak hanya membentuk keterampilan, tetapi juga menyiapkan warga binaan untuk berkontribusi positif secara ekonomi setelah kembali ke masyarakat. Kami mendorong agar program seperti ini terus dikembangkan dan memberi dampak bagi UMKM lokal,” jelasnya.
Melalui inovasi pembinaan berbasis potensi daerah ini, Lapas Banda Neira optimistis warga binaan dapat menjadi pelaku usaha mandiri yang berperan aktif dalam menggerakkan ekonomi kreatif di Maluku.
