Ambon (ANTARA) - Pemerintah Provinsi Maluku memperkuat sinergi lintas sektor dalam upaya percepatan penurunan stunting di daerah melalui penyelenggaraan Rapat Koordinasi Mitra Percepatan Penurunan Stunting Provinsi Maluku pada 2025.
Wakil Gubernur Maluku Abdullah Vanath di Ambon, Selasa, mengatakan stunting telah menjadi isu nasional yang membutuhkan penyelesaian secara kolaborasi seluruh unsur pemerintahan dan masyarakat.
“Kalau dulu stunting ini belum menjadi isu besar, tetapi dalam perjalanannya menjadi hal yang sangat penting. Kini BKKBN bukan hanya berbicara soal keluarga berencana, tetapi juga menjadi lembaga terdepan dalam percepatan penurunan stunting,” ujarnya dalam kegiatan digelar Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) Perwakilan Provinsi Maluku itu.
Berdasarkan data BKKBN dan Dinas Kesehatan Provinsi Maluku, prevalensi stunting di Maluku pada 2023–2024 di angka 28,4 persen, jauh di atas target nasional 14 persen. Maluku termasuk 18 provinsi dengan prevalensi stunting tertinggi di Indonesia.
Oleh sebab itu, dia mengatakan pentingnya sinergi lintas sektor, seperti pertanian, kesehatan, pendidikan, dan pemberdayaan perempuan dalam menurunkan angka stunting.
“Bicara stunting berarti bicara soal nutrisi, pola asuh, lingkungan, dan kesehatan. Karena itu semua instansi harus berperan saling berkesinambungan,” katanya.

Oleh sebab itu, kata dia, mulai 2026, program percepatan stunting diperkuat dalam perencanaan daerah dengan melibatkan seluruh OPD dan mitra agar langkah penanganan menjadi lebih terukur dan terkoordinasi.
Dia mengatakan penyebab stunting bukan hanya kekurangan gizi, tetapi juga rendahnya pengetahuan orang tua, pola asuh yang tidak tepat, dan lemahnya kondisi ekonomi keluarga.
Oleh karena itu, pendidikan dan pemberdayaan ekonomi menjadi kunci penting dalam memastikan anak tumbuh sehat dan produktif.
“Jika ekonomi keluarga kuat, kebutuhan nutrisi bayi pasti terpenuhi. Namun bila belum, pemerintah harus hadir dengan langkah mitigasi dan program pemberdayaan,” kata Vanath.
Ia mengajak semua pihak menjadikan penurunan stunting sebagai gerakan bersama dan berkelanjutan, dengan analogi bahwa anak-anak perlu dirawat seperti pohon pala yang subur karena mendapat perhatian penuh.
“Kita tidak perlu banyak anak, yang penting anak-anak kita produktif dan sehat. Anak-anak inilah yang akan menjadi sumber daya manusia unggul menyongsong Indonesia Emas 2045,” ujarnya.
