Karakas, 27/8 (Antara Maluku) - Presiden Venezuela Nicolas Maduro sudah biasa diserang pengritiknya dengan sebutan diktator komunis, tapi pemimpin sosialis Amerika Latin itu tidak pernah menduga akan dibandingkan dengan calon presiden Amerika Serikat Donal Trump.
Penutupan pintu perbatasan dan pemulangan ratusan pendatang asal Kolombia oleh Venezuela baru-baru ini justru menjadi bahan kritik kelompok oposisi. Mereka membandingkan kebijakan itu dengan usul Trump soal pengusiran pendatang gelap.
Trump juga mengutarakan pemikiran untuk memaksa Mesiko membayar pembangunan tembok pemisah di antara negara tersebut dengan Amerika Serikat.
"Maduro sering mengkritik Donald Trump, tapi tidakannya terhadap pendatang dari Kolombia justru lebih buruk daripada usul Trump," kata politisi dari kelompok oposisi, Saverio Vivas.
Pada pekan lalu, Maduro menutup pintu perbatasan setelah munculnya tembak-menembak penyelundup dengan pihak keamanan. Kejadian tersebut menyebabkan tiga tentara terluka.
Sejak saat itu, Kolombia menuding Venezuela telah melakukan deportasi besar-besaran sehingga menyebabkan sejumlah anak terpisah dari orang tuanya. Sejumlah kelompok hak asasi manusia juga mengkritik langkah Maduro itu.
Maduro menepis perbandingan dirinya dengan Donald Trump.
"Mereka mengatakan Maduro sama saja dengan Donald Trump! Bayangkan saja. Saya bahkan tidak punya potongan rambut yang sama, demikian pula jumlah uang dalam rekening kami," kata dia dalam pernyataan yang disiarkan oleh televisi lokal pada Senin lalu. (Reuters)