Benjamin Kelbulan (67), warga desa Batuputih, kecamatan Wermaktian di Kabupaten Maluku Tenggara Barat (MTB) hingga kini masih terbaring di atas tempat tidurnya yang terbuat dari bambu.
Rumahnya beratap daun rumbia, berlantai tanah dan berdinding pelupu (berbahan dasar bambu – red), BK tinggal bersama istrinya. Warga setempat menyatakan bahwa BK mengalami penyakit tikus basah.
“Penyakit beliau ini sudah dideritanya semenjak saya masih kecil. Kami kasihan karena sampai saat ini tidak ada pertolongan dari tenaga medis” ujar Lina (34), seorang warga yang turut menemani saya berbincang dengan BK dan Istrinya.
Kedua kakinya telah kaku mengakibatkan BK hanya bisa berbaring, sementara tangan dan mulutnya terus bergerak tak henti. Meskipun demikian, BK masih bisa bertutur kata saat menjawab pertanyaan kami.
“Sudah 24 tahun saya menderita penyakit ini. Pernah ada seorang dokter dari Puskesmas yang datang liat saya tetapi dia datang liat saja dan tidak kasi obat. Dokter juga tidak menjelaskan ini penyakit apa yang saya alami, dia hanya liat dan langsung pulang”ujar BK dengan kondisi tangan dan mulutnya yang bergementar.
BK dan istrinya pun berceritera bahwa awalnya BK hanya gementar dan akhirnya terus-menerus hingga kini. Mereka mengaku tak mampu mencari pengobatan di kota Saumlaki karena selain jaraknya yang jauh dan harus ditempuh dengan menyebrangi lautan, kemampuan keuangan keluarga juga terbatas.
Sehari-hari, istrinya BK hanya bisa menenun kain ikat Tanimbar dan menjualnya kepada masyarakat untuk kebutuhan makan dan minum.
“Kami sempat ke dukun tetapi tak berhasil. Saya berharap, semoga ada uluran tangan pemerintah sehingga suami saya bisa kembali pulih seperti 24 tahun silam” ujar istrinya BK.
Sementara itu, terkait temuan di lapangan, Kepala Dinas Kesehatan MTB dr. Juliana Ch. Ratuanak yang dikonfirmasi memastikan bahwa penyakit tersebut tidak menular atau yang lazimnya disebut Penyakit Tidak Menular (PTM).
"Penyakit itu bukan disebabkan karena infeksi tetapi disebabkan oleh terjadinya kerusakan saraf pada suatu area di otak yang dikenal dengan substantia nigra. Umumnya penyakit ini disebut Parkison” ungkapnya.
Parkinson itu adalah gangguan persarafan dimana salah satu bagian pada susunan saraf pusat ada satu bagian yang namanya ekstra piramid mengalami gangguan oleh karena satu dan lain hal. Sehingga motorik halus seseorang itu bekerja mengakibatkan dia tidak tenang atau terus bergerak.
dr. Jul kemudian menyebutkan sejumlah faktor yang bisa menjadi memicu terjadinya kondisi itu seperti kecelakaan lalu lintas, gangguan jantung atau serangan jantung, stroke, kanker dan lain sebagainya.
Ia mengakui penderita jenis penyakit ini juga ditemukan pada beberapa tempat seperti beberapa desa di dekat kota Saumlaki hingga di desa Desa Sangliat, kecamatan Wertamrian.
"Di dekat tempat tinggal saya juga ada, orang itu terus bergerak terutama tangan dan anggota tubuh lainnya terus bergerak. Atau istilah kita orang Maluku gerakannya seperti pici pici uang atau gerakan sedang menghitung uang, sangat khas," sambung dr. Jul.
Parkinson ini, kata dia, bisa diderita oleh orang yang ekonomi rendah, sedang maupun berekonomi kuat.
"Jadi, bisa diderita siapa saja. Olahragawan yang mungkin cedera kepala akibat sering di pukul-pukul juga rawan mengalami penyakit itu, " kata dr. Jul.
Terkait penanganannya oleh pihak Dinkes setempat, ia mengklaim jika penderita tersebut pastinya pernah ditangani melalui pengobatan-pengobatan lokal oleh Puskesmas pembantu di wilayah itu. Hanya saja tenaga kesehatan yang bertugas di wilayah itu hanya memiliki pengetahuan yang terbatas sehingga dalam penanganannya juga tidak bisa maksimal.
Meskipun begitu, dia berjanji akan mengedukasi para tenaga medis di wilayah itu terkait bagaimana penanganannya maupun kiat-kiat apa yang harus dilakukan.
Selanjutnya, dia juga berjanji akan mendatangi penderita tersebut guna melihat secara langsung.
Kondisi Benjamin (Video)
Benjamin Kelbuan Butuh Uluran Tangan Pemerintah
Kamis, 26 April 2018 15:20 WIB