kendala sekarang ini disamping situasi kondisi panas, angin kencang, air juga susah
Pekanbaru (ANTARA) - Wakil Gubernur Riau Edy Natar Nasution menggelar jumpa pers untuk membantah opini yang beredar di masyarakat, bahwa pemerintah daerah di Riau abai dalam menangani kabut asap serta kebakaran hutan dan lahan (Karhutla).

“Kita harus memberikan penjelasan karena dianggap kurang responsif dengan kabut asap,” kata Edy Natar di Pekanbaru, Kamis.

Tekanan terhadap Pemprov Riau dari masyarakat kian gencar beberapa hari terakhir ini karena pada saat kabut asap makin pekat Gubernur Riau Syamsuar memilih untuk tugas ke luar negeri. Syamsuar mengikuti kegiatan ke Thailand, untuk menghadiri pertemuan IMT-GT ke 25 tanggal di Krabi.

Pada Kamis ini tiga kelompok mahasiswa menggelar demo di kantor Gubernur Riau dan meminta Gubernur Riau yang juga Komandan Satgas Karhutla Riau, untuk cepat pulang ke Pekanbaru dan fokus menanggulangi dampak Karhutla. Di media sosial, banyak warganet (netizen) juga mempertanyakan peran gubernur dengan memasang tagar #melawanasap di media sosial.

Baca juga: Tanggapi karhutla, mahasiswa Fisip Universitas Riau gelar demonstrasi

“Mohon maaf Pak Gubernur masih dalam perjalanan kembali dari Thailand ke Jakarta, dan akan langsung menghadiri rapat tingkat menteri terbatas yang dipimpin Menkopolhukam, juga bahas tentang asap,” kata Edy Natar Nasution.

Ia mengatakan di Riau sudah dibentuk Satgas Karhutla yang terdiri dari berbagai unsur mulai dari subsatgas darat, udara, hukum hingga kesehatan dan BMKG.

“Kekuatan Satgas Darat itu lebih dari 5.800 personel. Kita terkendala perpanjangan perizinan helikopter bantuan BNPB, dari tujuh cuma dua yang bisa pakai,” katanya.

Dari Satgas Hukum, lanjutnya, sudah ada 41 tersangka yang ditangani dan satu di antaranya adalah tersangka korporasi. “Itu penyelesaian terbanyak dan menunjukkan keseriusan kita dalam Satgas ini,” katanya.

Ia mengatakan Pemprov Riau juga sudah menyiagakan semua Puskesmas dan membagikan 600 ribu helai masker ke masyarakat dan daerah-daerah yang dilanda kabut asap.

“Ini semua bentuk respon (dari) kegalauan masyarakat,” kata Edy Natar Nasution.

Baca juga: Kabut asap makin pekat, kualitas udara di Riau sudah berbahaya

Wakil Komandan Satgas Riau, Edwar Sanger, mengatakan perpanjangan izin terbang helikopter bantuan Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) sudah rampung dan sudah bisa kembali membantu pemadaman dari udara. Total ada delapan pesawat yang membantu pemadaman Karhutla Riau, termasuk satu pesawat Cassa TNI AU untuk modifikasi cuaca atau hujan buatan.

“Kendala sekarang ini disamping situasi kondisi panas, angin kencang, air juga susah. Rekan-rekan pemadan kesulitan padamkan api karena sulit dapat air,” kata Edwar yang juga menjabat Kepala Pelaksana Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Riau ini.

Selain itu, Edwar mengatakan kondisi kabut asap yang pekat di Riau kini juga merupakan kiriman dari Provinsi Jambi dan Sumatera Selatan (Sumsel). Angin berhembus dari selatan membawa asap dari provinsi tetangga dan menumpuk di Riau.

“Ini seperti 2015. Kalau hulu (Jambi dan Sumsel) tak dipadamkan, kita akan terus dapat asap kiriman,” katanya.

Berdasarkan data BMKG Stasiun Pekanbaru, satelit Terra dan Aqua pada 06.00 WIB mendeteksi titik panas paling banyak di Provinsi Sumatera Selatan ada 437 titik dan Jambi 420 titik. Sementara itu, di Provinsi Riau terdapat 279 titik panas.

Baca juga: 39.277 warga Riau derita ISPA akibat polusi asap Karhutla
 

Pewarta: FB Anggoro
Editor: Budhi Santoso
Copyright © ANTARA 2019