Surabaya (ANTARA News) - Kapasitas produksi rokok di PT.HM Sampoerna baru bisa terpenuhi hingga 60 persen, setelah empat hari tidak berproduksi akibat seluruh karyawan berunjuk rasa menuntut uang jasa atas peralihan kepemimpinan dari Putra Sampoerna ke Philip Morris. Director Corporate Affair PT.HM Sampoerna, Yos Adiguna Ginting, di Surabaya, Kamis, mengatakan hingga saat ini sudah ada sekitar 60 persen karyawan yang sudah kembali bekerja. "Masih ada 40 persen dari jumlah karyawan disini yang masih mogok kerja," katanya. Saat ditanya berapa nominal kerugian selama empat hari tersebut, Yos Adiguna tidak bersedia mericinya sebab hal itu merupakan rahasia perusahaan yang tidak bisa dipublikasikan. Menurut dia, jika selama tujuh hari berturut-turut para karyawan tersebut masih mogok kerja, maka sesuai dengan UU ketenagakerjaan dipastikan mereka akan kehilangan pekerjaanya. "Tapi kami berharap agar mereka kembali bekerja," katanya menambahkan. Menurut dia, bahwa rumor pemberian dana seebsar Rp25 juta dari pemilik lama perusahaan setelah akusisi oleh Philip Morris Internasional pada tahun 2005 tidak benar. Selain itu, kata dia, sesuai dengan pertemuan pada hari Rabu (25/6) antara manajemen PT.HM Sampoerna dan perwakilan karyawan beserta Serikat Pekerja Pimpinan Unit Pekerja (UPK) telah didapat kesepakatan bahwa karyawan akan mengakhiri unjuk rasa pada hari itu juga. Namun hingga saat ini, kata dia, masih banyak karyawan yang tidak mengindahkan hasil keputusan tersebut. Sehingga hal ini bisa merugikan kedua belah pihak. Sementara itu, unjuk rasa ribuan karyawan PT.HM Sampoerna hingga hari ke-empat ini terus berlangsung di halaman kantor industri I PT.HM Sampoerna. Bahkan unjuk rasa juga dilakukan sejumlah karyawan dengan mendatangi kantor DPRD Jatim. Para karyawan tersebut tidak akan berhenti menyuarakan aspirasi sampai Putra Sampoerna hadir ditengah-tengah mereka untuk memberikan kejelasan seputar uang jasa tersebut.(*)

Pewarta:
Editor: Kunto Wibisono
Copyright © ANTARA 2008