Untuk sementara kecepatan mobil listrik yang menggunakan bodi mobil "hatback" keluaran Eropa tersebut, hanya berkisar 60 kilometer per jam. Namun masih bisa ditingkatkan hingga kecepatan 100 kilometer per jam
Kudus (ANTARA) - SMK NU Ma'arif Kabupaten Kudus, Jawa Tengah, mencoba mengembangkan mobil listrik sebagai salah satu bentuk pembelajaran bagi siswa di sekolah dalam menyongsong era Revolusi Industri 4.0, menyusul komitmen pemerintah mendorong pengembangan industri mobil listrik di dalam negeri.

"Kami ingin menyiapkan siswa didik di SMK NU Ma'arif siap menghadapi era revolusi industri, salah satunya terkait keinginan pemerintah mewujudkan kendaraan bertenaga listrik yang lebih ramah lingkungan," kata Kepala Jurusan Teknik Kendaraan Ringan Otomotif (TKRO) SMK NU Ma'arif, Masrukin di Kudus, Selasa.

Setidaknya, lanjut dia, ketika menghadapi tahun 2020 bertepatan dengan semakin banyaknya kendaraan listrik, lulusan SMK NU Ma'arif Kudus sudah siap diserap pasar, terutama yang membutuhkan lulusan yang menguasai kendaraan listrik.

Ia mengungkapkan proyek mobil listrik ini juga sebagai tindak lanjut amanat dari Direktorat Kementerian Pendidikan untuk mengembangkan pembelajaran sekolah dengan model STEM (Science, Technology, Engineering, Mathematics).

Dalam membuat mobil listrik, katanya, pihaknya melibatkan guru dan siswa dari berbagai jurusan, mulai dari guru matematika, fisika, kimia, dan teknik gabar desain karena model STEM memang melibatkan banyak pihak.

"Kami melibatkan kelas industri, mekanikel, serta elektrikel secara bergiliran yang dibagi per kelompok untuk menyelesaikan proyek pengembangan mobil listrik tersebut," ujarnya.

Karena masih dalam tahap riset, kata dia, mobil yang sudah bisa dioperasikan tersebut masih menggunakan baterai basah dan belum menggunakan baterai  kering yang tetap bisa diisi ketika energi listriknya benar-benar habis.

Mobil listrik yang dirancang tersebut, dipersenjatai dengan motor listrik bertenaga 75 tenaga kuda.

"Untuk sementara kecepatan mobil listrik yang menggunakan bodi mobil 'hatback' keluaran Eropa tersebut, hanya berkisar 60 kilometer per jam. Namun masih bisa ditingkatkan hingga kecepatan 100 kilometer per jam," ujarnya.

Ia juga tengah merancang mobil tersebut dengan kapasitas baterai yang terpasang nantinya bisa menempuh jarak sekitar 200 kilometer.

Selain membuat mobil listrik, SMK NU Ma'arif Kudus juga akan membuat "charging" untuk mobil listrik agar bateranya lebih tahan lama dan awet sehingga daya listriknya tetap stabil.
 

"Untuk merealisaiskannya, tentu berkolaborasi juga dengan berbagai disiplin ilmu," ujarnya.

Selanjutnya, kata dia, pihak sekolah akan membuat beberapa unit mobil listrik, guna kepentingan mobilisasi sekolahnya serta tidak menutup kemungkinan untuk masyarakat sekitar.

Terkait biaya perakitan mobil listrik, diperkirakan menghabiskan anggaran hingga Rp60-an juta dengan pemanfaatan baterai kering, sedangkan menggunakan baterai jenis lithium bisa mencapai Rp100 juta.

"Jangka panjang juga akan dilengkapi panel solar cell di atas mobil untuk memenuhi sebagian pengisian baterai," ujarnya.

Untuk memodifikasi mobil berbahan bakar bensin menjadi mobil listrik, dibutuhkan waktu satu bulan, sedangkan untuk risetnya membutuhkan waktu hingga beberapa bulan, demikian Masrukin.

Baca juga: Indonesia undang Korsel berinvestasi di industri baterai mobil listrik

Baca juga: UMS luncurkan mobil listrik karya mahasiswa

Baca juga: Dirjen: Perlu tetapkan platform kendaraan listrik

Pewarta: Akhmad Nazaruddin
Editor: Andi Jauhary
Copyright © ANTARA 2019