Jakarta (ANTARA) - Rafael Nadal baru saja mengalahkan petenis Yunani yang sedang meningkat Stefanos Tsitsipas di Final ATP, Jumat, tetapi tidak tahu apakah itu cukup baik untuk membuatnya tetap berada dalam turnamen tersebut atau tidak.

Namun beberapa saat setelah kemenangan 6-7(4), 6-4, 7-5 itu, juara Grand Slam 19 kali tersebut dihadiahi piala perak yang sangat besar oleh kepala ATP yang akan segera berakhir masa jabatannya, Chris Kermode.

Itu tampak dan terasa seperti perayaan kemenangan meskipun turnamen belum berakhir dan partisipasi Nadal di dalamnya di luar kuasanya.

Baca juga: Nadal hasilkan kemenangan pertama pada grup Andre Agassi

Baca juga: Nadal kembali duduki peringkat satu ATP


Ternyata, kemenangan Alexander Zverev kemudian atas Daniil Medvedev membuat semua kerja keras Nadal sia-sia.

Tetapi tidak dapat disangkal bahwa petenis Spanyol berusia 33 tahun itu pantas mendapatkan trofi nomor satu akhir tahun ATP - meskipun kemenangan saingan lamanya Roger Federer atas Novak Djokovic malam sebelumnya lah yang sesungguhnya membuat posisi tersebut diperolehnya.

Nadal memenangi gelar Prancis Open ke-12 tahun ini dan kemudian terpaut satu dari rekor Grand Slam Federer ketika ia menjuarai US Open, mengalahkan Medvedev.

Dia juga mencapai final Australia Open dan semifinal di Wimbledon, semuanya dalam satu tahun di mana kepercayaan dirinya mencapai titik terendah setelah beberapa kekalahan mengejutkan di tanah liat Eropa.

Dia datang ke ATP Finals dengan keraguan tentang cedera perut dan belum menyelesaikan turnamen sejak US Open pada September. Namun setelah penampilan mengecewakan melawan Zverev dalam pertandingan pembukanya di ATP Finals, ia bangkit dengan memukau untuk melawan dua pemain yang diharapkan mengisi kekosongan ketika Nadal, Federer dan Djokovic meninggalkan panggung.

Baca juga: Djokovic puji kemampuan Federer

Pada Rabu dia tertinggal 1-5 pada set ketiga melawan Medvedev tetapi menemukan jalan untuk lolos. Kemudian pada Jumat ia tertinggal satu set melawan petenis Yunani Tsitsipas sebelum melepaskan serangan gencar untuk meraih kemenangan.

Harapannya untuk memenangi gelar ATP Finals untuk pertama kalinya kembali kandas, tetapi menyamai catatan Federer dan Djokovic yakni lima tahun berada di posisi teratas pada akhir tahun adalah penghiburan.

"Saya kira trofi ini adalah pekerjaan sepanjang tahun, tahun yang hebat dalam semua hal," kata Nadal yang pertama kali mencapainya pada 2008, kepada wartawan. "Trofi ini menyertai saya adalah kepuasan pribadi yang besar.

"Ada beberapa momen demoralisasi tahun ini dalam masalah fisik. Tapi sangat bahagia untuk semuanya.

"Kesenjangan besar antara yang pertama sampai hari ini, 11 tahun, adalah hal yang besar. Saya tidak tahu apakah seseorang melakukannya atau tidak, tetapi ini adalah sesuatu yang sulit."

Nadal mengatakan dia merasa terhormat menyamai Federer dan Djokovic dan menunjukkan bahwa jika bukan karena cedera dia mungkin sudah melampaui angka enam tahun Pete Sampras.

"Saya tidak boleh mengeluh, tetapi pada titik tertentu saya merasa bahwa ada beberapa tahun di mana saya telah berada dalam posisi punya peluang untuk menjadi nomor satu dan saya cedera dan saya tidak bisa berjuang untuk itu," katanya seperti disiarkan Reuters.

Baca juga: Ganda Bryan bersaudara akan pensiun tahun depan

Baca juga: Medvedev bermimpi untuk ikuti jejak Davydenko di ATP Finals

 

Pewarta: Fitri Supratiwi
Editor: Aditya Eko Sigit Wicaksono
Copyright © ANTARA 2019