Jakarta (ANTARA) - Menteri Riset dan Teknologi (Menristek) dan Kepala Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) Bambang Brodjonegoro mengatakan Indonesia perlu segera menyusun roadmap atau peta jalan untuk pengembangan artificial intelligence (AI) atau kecerdasan buatan.

"Artificial Intelegence  merupakan salah satu bagian atau fitur penting dari revolusi industri 4.0, namun untuk kita di Indonesia masih belum terbentuk atau jelas petanya," kata dia pada kegiatan Indonesia Economic Forum di Jakarta, Rabu.

Roadmap terkait pengaplikasian kecerdasan buatan tersebut sangat dibutuhkan karena memang harus disesuaikan dengan kebutuhan Indonesia terlebih dahulu.

Kalau kebutuhan lebih merujuk kepada misalnya sektor kesehatan, maka kecerdasan buatan yang dibentuk atau diaplikasikan itu juga harus diarahkan ke bidang atau sektor yang sama.

Baca juga: Jepang gunakan teknologi kecerdasan buatan untuk lagu penyambutan Paus
Baca juga: Melawan perdagangan satwa ilegal dengan Pangolin


Selain itu, Indonesia juga dapat berkaca pada negara-negara maju dengan revolusi industri 4.0 di mana mereka benar-benar berfokus pada kecerdasan buatan yang tujuannya adalah untuk menjaga daya saing mereka, baik di dalam sektor manufaktur maupun sektor jasa.

"Jadi sekarang kita harus identifikasi mana yang prioritas dulu dalam revolusi industri ke-4 ini, termasuk pula adanya cyber security atau keamanan komputer serta dan kejelasan seperti apa nantinya pengembangan kecerdasan buatan Indonesia disertai dengan alat dan sumber daya manusianya.

Menristek menyatakan pihaknya membutuhkan prospek dari artificial intelligence  tersebut untuk membuat strategi nasional terkait hal itu sehingga diharapkan sudah tersedia kejelasannya pada 2020.

Baca juga: Pemerintah diminta siapkan tenaga kerja berorientasi kecerdasan buatan
Baca juga: Inovasi fashion Ria Miranda dengan teknologi kecerdasan buatan


Secara umum, ia menjelaskan dalam menerapkan revolusi industri 4.0, langkah pertama Indonesia tentunya perlu mengadopsi revolusi industri itu sendiri di semua aspeknya.

Di samping artificial intelligence, tentu termasuk aspek-aspek lain baik itu di "printing" atau percetakan, di "cloud computing" atau komputasi awan, di "internet of thing" atau internet untuk segala dan sebagainya.

Menurutnya, untuk aspek-aspek selain AI sebenarnya sudah terlihat pergerakannya serta sudah cukup jelas bagaimana arah ke depan dalam penerapannya.

Baca juga: Nodeflux lengkapi sistem verifikasi data perbankan lewat AI
Baca juga: BPPT: Indonesia harus menguasai IoT AI dan cloud

Pewarta: Muhammad Zulfikar
Editor: Masnun
Copyright © ANTARA 2019