Denpasar (ANTARA) - Institut Seni Indonesia Denpasar mendatangkan Julie Taymor, sutradara teater dan film kenamaan dari New York, Amerika Serikat, untuk memberikan kuliah umum kepada para dosen dan mahasiswa kampus setempat pada 2 Januari 2020.

"Dalam kuliah umumnya nanti di ISI Denpasar, Julie yang ditemani oleh partnernya Elliot Goldental, seorang komposer ternama, akan berbagi pengalaman dengan warga kampus, terutama dosen dan mahasiswa, tentang bagaimana ia secara kreatif menggunakan unsur-unsur budaya Indonesia, terutama Jawa dan Bali, ke dalam karya-karyanya," kata guru besar ISI Denpasar Prof Dr I Wayan Dibia, di Denpasar, Rabu.

Menurut dia, berbeda dengan kuliah-kuliah umum yang telah dilakukan selama ini, yang materinya hanya terfokus kepada satu bidang ilmu, kuliah umum Julie Taymor ini akan menyentuh semua bidang seni yang ada di ISI Denpasar.

"Hal ini bisa terjadi karena Julie adalah seorang seniman multitalenta. Seniman yang sudah menghasilkan sederetan karya-karya monumental, seperti Lion King, Tempest, Midnight Summer Dream, dan masih banyak lainnya," ucap Prof Dibia.

Memiliki berbagai kecerdasan seni, Julie, selain sebagai seorang sutradara teater dan film, sekaligus pembuat topeng dan wayang, seorang pematung, seorang perancang kostum, seorang seniman animator, dan sebagainya.

Prof Dibia menambahkan, terkait Julie yang akan berbagi pengalaman bagaimana dia secara kreatif menggunakan unsur budaya Indonesia, tampaknya ingin mengingatkan warga kampus ISI Denpasar akan betapa pentingnya para kreator seni untuk membekali diri dengan unsur-unsur budaya tradisional yang ada di sekitarnya.

"Kita semua tahu bahwa selama ini ada anggapan keliru yang beredar bahwa untuk melahirkan karya seni modern atau kontemporer seorang kreator harus melepaskan diri dari ikatan budaya tradisi," ujar Dibia yang juga pencipta Tari Manukrawa dan sejumlah tari monumental lainnya di Bali itu.

Dengan keberanian kreatif serta kecerdasan estetik yang tinggi, lanjut dia, Julie Taymor telah mampu mengolah unsur-unsur budaya tradisional, dari manapun asalnya, untuk melahirkan karya-karya baru berkelas dunia.

"Kedatangan Julie ke ISI Denpasar kali ini, sejak meninggalkan Bali pada tahun 1979, sekaligus adalah untuk napak tilas perjalanan hidupnya selama empat tahun melakukan pengembaraan budaya di Bali pada masa lampau," katanya.

Setelah beberapa lama bereksplorasi seni di Jawa, pada tahun 1976 Julie datang ke Bali untuk melakukan eksperimen seni dengan sejumlah seniman Pulau Dewata.

Di Bali, Julie sering berolah seni di ASTI Denpasar yang ketika itu masih meminjam tempat di Gedung Kokar-Bali, di Jalan Ratna Denpasar. Selama di Bali ia banyak bekerja sama dengan seorang seniman asal Tampaksiring, yaitu I Made Pasek Tempo, dengan anak-anaknya.

Dengan memasukkan unsur-unsur budaya Bali yang ia amati di Trunyan Bangli, di Bugbug Karangasem, dan di Peti Tenget Badung, ia pun melahirkan sebuah karya yang diberi nama Teater Loh (Loh Jinawi), garapan teater yang bicara tentang kemakmuran.

Pewarta: Ni Luh Rhismawati
Editor: Masuki M. Astro
Copyright © ANTARA 2020