Jakarta (ANTARA) - Komunitas Kanker Payudara Srikandi Indonesia meluncurkan buku antologi yang berisi tentang kisah-kisah inspiratif perjuangan para penyintas kanker di Tanah Air dalam melawan penyakit tersebut.

"Ya, jadi buku Ini diterbitkan dengan tujuan agar kita bisa berbagi pengalaman, pengobatan dan masa menjalani pengobatan," kata Ketua Komunitas Kanker Payudara Srikandi Indonesia Endah Dwi Kurniati saat peluncuran buku inspiratif berjudul "Lalu Bintang Pun Tersenyum Kembali" di Jakarta, Ahad.

Dengan membaca buku yang ditulis langsung oleh 15 penyintas kanker tersebut, maka diharapkan masyarakat yang mengidap penyakit itu bisa termotivasi dan mereka tidak merasa sendirian.

"Karena dari buku ini dituliskan keberhasilan-keberhasilan yang sudah melewati treatment dan menjadikan mereka, 'Saya juga harus bisa'," katanya.

Baca juga: Ayah-anak penyintas kanker resah akibat harga masker "selangit"

Baca juga: Penyintas: Pasien kanker bisa beraktivitas seperti biasa

Baca juga: Penyintas kanker: Perasaan bahagia dukung penyembuhan


Selain itu, dalam buku tersebut juga menceritakan bagaimana Srikandi Indonesia telah melakukan sejumlah pendampingan kepada masyarakat terutama para penderita dan penyintas kanker.

Tidak hanya membantu penyadartahuan dan pendampingan kepada penderita serta penyintas kanker, komunitas tersebut juga melakukan edukasi kepada para peserta didik di sejumlah sekolah.

"Kami sudah ke sekolah dan mengedukasi 1.400 anak didik. Semoga apa yang kami sampaikan dapat menjadi bekal sosialisasikan ulang oleh mereka," ujar dia.

Sementara itu, Wakil Ketua MPR RI Lestari Moerdijat yang hadir pada kegiatan itu mengatakan buku tersebut merupakan suatu catatan yang bisa menggambarkan dan memberikan sesuatu kepada semua orang bagaimana perjuangan penderita sampai menjadi penyintas kanker.

"Saya yakin ketika mereka menulis bukan hal yang mudah karena ini juga membuka luka lama. Saya sendiri seorang penyintas dan saya paham itu," kata dia.

Selain memberikan apresiasi, Lestari Moerdijat juga mengingatkan kembali kepada masyarakat terutama para penyintas bahwa pada dasarnya pengidap penyakit itu merasakan sebuah keinginan untuk sembuh, namun di sisi lain ada ketakutan untuk menghadapi penyakit.

"Kanker itu tidak bisa membunuh harapan. Kanker juga tidak boleh merengut kebahagiaan dari kita," kata dia.*

Baca juga: Ganjar-Atikoh lari 10 kilometer dukung penyintas kanker

Baca juga: Risiko pasien kanker tinggi akibat stres

Baca juga: Ahli: Pengobatan dini lebih baik bagi penyintas kanker payudara

Pewarta: Muhammad Zulfikar
Editor: Erafzon Saptiyulda AS
Copyright © ANTARA 2020