Jakarta (ANTARA) - Abbott, perusahaan yang bergerak di bidang layanan kesehatan mendatangkan alat tes darah serologi berbasis laboratorium berstandar CE untuk mengidentifikasi seseorang pernah terpapar virus corona (COVID-19) memiliki antibodi atau tidak.

"Setelah mendapatkan persetujuan dari Satuan Tugas COVID-19 Indonesia, kami telah memulai pengiriman alat tes IgG SARS-CoV-2 ke Indonesia dan tengah menyiapkan ratusan ribu alat tes tersebut dalam beberapa bulan mendatang untuk memenuhi kebutuhan," kata General Manager of Abbott’s Diagnostics Business di Indonesia, I Putu Edi Mahadi saat menjelaskan perangkat tes ini kepada mitra di Jakarta, Selasa.

Putu juga menjelaskan alat tes ini sudah mendapat otorisasi penggunaan darurat dari Badan Pengawas Obat dan Makanan Amerika Serikat (Food and Drug Administration/FDA).

Tes antibodi dapat memberitahu apakah seseorang sebelumnya sudah pernah terinfeksi virus dan mungkin tengah berada pada proses pemulihan atau bahkan telah pulih dari infeksi tersebut pada orang dengan atau tanpa gejala.

"Tes antibodi berskala besar dianggap sebagai langkah penting selanjutnya untuk memahami dan mengatasi pandemi COVID-19," ujar Putu.

Putu menjelaskan melalui jaringan laboratorium publik dan swasta Indonesia menggunakan alat tes IgG SARS-CoV-2 akan diperoleh informasi yang lebih dalam dan dapat membantu meningkatkan pemahaman mengenai penyebaran virus ini di masyarakat, prevalensi di tingkat wilayah maupun negara serta pengelolaan pandemi di masa depan.

Baca juga: 178 pedagang Pasar Sunter Podomoro ikuti tes cepat
Baca juga: Warga Jakarta Pusat diimbau tak takut tes COVID-19


Tes IgG SARS-CoV-2 mengidentifikasi antibodi IgG yang merupakan protein yang diproduksi tubuh pada tahap akhir infeksi dan dapat bertahan hingga berbulan-bulan dan mungkin bertahun-tahun setelah seseorang pulih.

"Tes ini menunjukkan spesifikasi dan sensitivitas untuk mendeteksi antibodi IgG lebih dari 99 persen, 14 hari atau lebih setelah gejala mulai dialami," kata Putu.

Baru-baru ini, sebuah penelitian independen yang diterbitkan oleh Fakultas Kedokteran Universitas Washington (University of Washington School of Medicine) dalam Journal of Clinical Microbiology juga menemukan bahwa pada saat melakukan tes terhadap 1.020 sampel pasien. Alat tes ini memiliki spesifisitas 99,9 persen (kemampuan untuk merangkum positif sebenarnya).

Ketika menjalankan pengetesan terhadap 689 sampel serum dari 125 kasus COVID-19 terkonfirmasi melalui PCR, para peneliti menemukan sensitivitas 100 persen (kemampuan untuk mengeluarkan positif palsu) pada ke-17 hari atau lebih setelah gejala mulai dialami pada kelompok pasien tersebut.

Tes antibodi IgG Abbott tersedia pada instrumen laboratorium Architect i1000SR dan i2000SR. Architect adalah salah satu sistem laboratorium yang paling banyak digunakan di dunia dan telah digunakan selama beberapa dekade.

Instrumen ini juga telah digunakan di berbagai laboratorium di seluruh Indonesia dengan kemampuan 100-200 tes per jam, kata Putu.

Kepala Laboratorium Rumah Sakit Nasional Persahabatan, dr Dewi Yennita Sari mengatakan ketersediaan alat tes IgG SARS-CoV-2 ini tepat waktu untuk mendukung optimalisasi strategi penyaringan (screening) mengatasi pandemi COVID-19 secara efektif.

Sedangkan Direktur Utama Prodia, Dewi Muliaty M.Si berharap dapat bermitra dengan Abbott untuk menyediakan tes antibodi SARS-COV-2 serologi di beberapa cabang untuk membantu pemerintah Indonesia mengatasi wabah COVID-19.
Baca juga: 169 pedagang Pasar Bambu Kuning dites cepat COVID-19
Baca juga: Pedagang di tiga pasar Jakarta Pusat ikut tes COVID-19

Pewarta: Ganet Dirgantara
Editor: Sri Muryono
Copyright © ANTARA 2020