Tokyo (ANTARA) - Peringkat persetujuan untuk Perdana Menteri baru Jepang Yoshihide Suga turun lima poin persentase menjadi 58 persen karena banyak yang tidak senang dengan cara penanganannya terhadap pandemi virus corona.

Hal itu merupakan hasil jajak pendapat yang dilakukan pada akhir pekan oleh surat kabar harian Nikkei.

Penurunan peringkat dukungan terhadap Suga itu menyusul kritik atas keraguannya untuk menangguhkan kampanye perjalanan domestik seiring peningkatan kasus infeksi virus corona baru.

Tingkat persetujuan yang turun itu pun berpotensi mengancam peluang Suga untuk menjabat sebagai perdana menteri hingga melampaui musim gugur mendatang, ketika masa jabatannya saat ini berakhir.

Baca juga: PM Suga: Jepang tak akan biarkan ada intimidasi di Laut China Selatan
Baca juga: PM Suga harapkan kerja sama Indonesia terkait penculikan warga Jepang


Tingkat persetujuan publik terhadap Suga berada pada 63 persen dalam jajak pendapat sebelumnya yang dilakukan pada Oktober.

Responden yang tidak menyetujui langkah-langkah pencegahan virus corona pemerintah naik 13 poin persentase menjadi 48 persen, yakni melampaui 44 persen responden yang menganggap pemerintah telah melakukan langkah penanganan COVID-19 dengan baik, menurut jajak pendapat Nikkei.

Dalam survei terhadap 993 orang, 61 persen dari seluruh responden setuju dengan keputusan pemerintah untuk menghentikan sebagian kampanye perjalanan domestik 'Go To', sementara 25 persen lainnya mengatakan pemerintah perlu melakukan langkah yang lebih baik.

Meskipun Jepang terhindar dari insiden tinggi  infeksi  virus corona , seperti yang terjadi di Eropa dan Amerika Serikat, tingkat infeksi corona di negeri sakura itu meningkat saat musim dingin mendekat. Jepang telah mencatat rekor jumlah kasus harian COVID-19 dalam beberapa pekan terakhir.

Kasus baru infeksi corona harian melonjak ke level tertinggi sejauh ini, yaitu 2.684 kasus baru COVID-19 pada Sabtu, menurut media NHK. Jumlah korban jiwa akibat infeksi virus corona di Jepang mencapai lebih dari 2.100 orang.

Pemerintah berusaha  mengendalikan wabah virus corona sambil berupaya meningkatkan ekonomi Jepang yang terpukul keras dengan melakukan kampanye perjalanan nasional yang menyubsidi pariwisata.

Dengan meningkatnya kasus baru COVID-19, pemerintah Jepamg pekan lalu mengurangi kampanye pariwisata dengan mengecualikan dua kota, yakni Osaka dan Sapporo.

Namun, pemerintah belum menangguhkan program kampanye wisata di Tokyo, yang memiliki jumlah kasus virus corona tertinggi.

Sumber: Reuters

Baca juga: PM Suga serukan hubungan yang stabil dengan China
Baca juga: China adakan pertemuan tingkat tinggi pertama dengan PM baru Jepang

Penerjemah: Yuni Arisandy Sinaga
Editor: Mulyo Sunyoto
Copyright © ANTARA 2020