Solo (ANTARA) - Akademisi dari Fakultas Peternakan Universitas Sebelas Maret (UNS) Surakarta Adi Ratriyanto menyebut manajemen budi daya mempengaruhi kualitas produk hewan ternak, sehingga harus benar-benar dipastikan berjalan dengan baik.

"Terutama ternak unggas yang rawan menghadapi 'heat stress' (penyakit akibat paparan panas), untuk mengatasi hal ini harus dilakukan beberapa metode, salah satunya melalui perbaikan manajemen budi daya," katanya di Solo, Selasa.

Baca juga: UNS kukuhkan Wimboh sebagai guru besar

Ia mengatakan salah satu upaya yang bisa dilakukan adalah menyediakan kandang tertutup, sehingga bisa diatur suhu ruangannya. Selain itu, dengan mengoptimalkan densitas kandang agar tidak terjadi akumulasi panas yang berlebihan.

"Upaya lain, dapat juga melakukan modifikasi kandungan nutrien pakan. Melalui upaya ini diharapkan dapat diperoleh performa ternak dan kualitas produk ternak, seperti daging dan telur yang baik," katanya.

Ia berharap perbaikan performa ternak tersebut dapat sejalan dengan meningkatnya performa dan kesejahteraan peternak sebagai ujung tombak budi daya perunggasan di Indonesia.

Menurut dia, hal tersebut penting mengingat perbaikan produktivitas dan kualitas produk ternak unggas juga sangat penting bagi tersedianya bahan pangan hewani yang dapat mendukung kesehatan masyarakat, terutama pada era pandemi COVID-19 saat ini.

Sementara itu, paparan Adi Ratriyanto tersebut akan disampaikan pada pidato pengukuhannya sebagai Guru Besar ke-31 Fakultas Peternakan dan ke-229 UNS pada Rabu (16/12).

Baca juga: Gunakan surfaktan ramah lingkungan kurangi polusi perairan, kata pakar

Baca juga: Guru besar UNS meninggal dunia usai pengukuhan


Dalam pidato pengukuhan yang berjudul "Pendekatan Nutrisi dalam Produksi Ternak Unggas Menghadapi Heat Stress pada Era Tanpa Antibiotik", Adi mengaku mengangkat tema tersebut karena iklim tropis di Indonesia dengan temperatur tinggi dan pelarangan penggunaan antibiotik dalam pakan ternak masih menjadi isu menarik untuk dibahas.

Selain Adi, pengukuhan sebagai guru besar juga akan dilakukan kepada Dody Ariawan dari Fakultas Teknik. Dody yang pada pidato pengukuhannya mengangkat judul "Ketahanan Komposit Serat Alam-Polimer Terhadap Paparan Luar Ruangan pada Kawasan Beriklim Tropis" akan dikukuhkan sebagai Guru Besar ke-16 Fakultas Teknik dan ke-228 UNS.

Mengenai judul tersebut, kata Dody, karena material adalah salah satu komponen penting sekaligus sebagai komponen dasar dalam menciptakan suatu produk baru.

Menurut dia, dalam perindustrian saat ini material yang dibutuhkan adalah material yang berkualitas, di antaranya memiliki sifat mekanik yang baik dan sesuai dengan kegunaannya, harga material dan manufaktur yang dapat bersaing, serta kemudahan material untuk didaur ulang.

Baca juga: Ahli gizi: kekurangan iodium masih jadi masalah

"Material teknik secara umum bisa dikategorikan dalam empat jenis, yaitu logam, polimer, keramik, dan komposit. Dalam hal ini, komposit serat alam menjadi salah satu alternatif yang dapat memenuhi kriteria material tersebut dan telah digunakan sebagai material pengganti untuk material-material yang sering digunakan, seperti plastik, kayu, besi. Komposit serat alam adalah komposit yang terdiri dari serat alami sebagai penguat dan matrik sebagai pengikat," katanya.

Pewarta: Aris Wasita
Editor: Endang Sukarelawati
Copyright © ANTARA 2020