Mutasi N439K sudah ada di Indonesia sejak November 2020. Di Indonesia, juga sudah ada varian virus Corona lain seperti B117 dari Inggris dan D614G
Jakarta (ANTARA) - Kepala Laboratorium Rekayasa Genetika Terapan dan Protein Desain Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) Dr.rer.natWien Kusharyoto mengatakan mutasi N439K menyebabkan virus SARS-CoV-2 penyebab COVID-19 dapat menghindari antibodi.

"Mutasi N439K dapat pula berakibat virus dapat menghindar dari beberapa antibodi penetralisir virus yang terbentuk berdasarkan varian Wuhan," kata Wien saat dihubungi ANTARA, Jakarta, Jumat.

Ia menjelaskan mutasi N439K pertama kali dilaporkan terjadi di Skotlandia pada Maret 2020, dan saat ini sudah tersebar di lebih dari 35 negara, termasuk Indonesia. Varian N439K itu terdeteksi di Indonesia pada November 2020.

Mutasi N439K terletak di dalam Receptor Binding Motifs (RBM). RBM adalah bagian dari Receptor Binding Domain (RBD) dari protein spike virus SARS-CoV-2 yang immunodominan dan merupakan target utama dari antibodi penetralisir virus yang terbentuk baik karena infeksi virus maupun karena penyuntikan dengan vaksin.

Menurut dia terdapat indikasi bahwa mutasi tersebut meningkatkan affinitas atau kemampuan berikatan virus dengan reseptor ACE-2 pada manusia, dan terdapat peningkatan ringan kandungan virus apabila terinfeksi oleh varian dengan mutasi tersebut, namun tidak menyebabkan tingkat keparahan penyakitnya.

Mutasi N439K sudah ada di Indonesia sejak November 2020. Di Indonesia, juga sudah ada varian virus Corona lain seperti B117 dari Inggris dan D614G.

Sebelumnya, Menteri Kesehatan Budi Gunadi Sadikin mengatakan salah satu karakteristik yang dimiliki oleh varian baru virus penyebab COVID-19, N439K, adalah lebih cepat menghilang.

Satuan Tugas Ikatan Dokter Indonesia (Satgas IDI) mengatakan sudah ada kemunculan 48 kasus N439K di Indonesia.

Baca juga: Menkes ungkap N439K varian baru COVID-19 yang cepat hilang

Baca juga: Kalbe: RT LAMP Saliva bisa mendeteksi varian B117 dari Inggris

Baca juga: Kemenkes: Mutasi N439K belum peroleh perhatian khusus WHO


Baca juga: Eijkman: Mutasi D614G terdeteksi dari isolat virus April 2020

Pewarta: Martha Herlinawati Simanjuntak
Editor: Andi Jauhary
Copyright © ANTARA 2021