Palembang (ANTARA) - Menteri Agama Yaqut Cholil Qoumas berharap penyelenggaraan Perkemahan Wirakarya Nasional XV Perguruan Tinggi Keagamaan menjadi tolak ukur revitalisasi gerakan pramuka dalam beradaptasi dengan perkembangan zaman.

"Perkembangan zaman diikuti dengan perubahan kondisi sosial di masyarakat. Munculnya generasi milenial, kelompok menengah, dan urban, harus dipahami sebagai peluang sekaligus tantangan bagi Perguruan Tinggi," ujar Menag saat membuka pelaksanaan PWN PTK di Palembang, Kamis.

Menag menjelaskan wujud dari revitalisasi gerakan pramuka yakni transformasi. Pramuka harus mengakomodir dan menjadi payung untuk para generasi muda yang memiliki ide dan karya.

Rancang bangun kegiatan kepramukaan harus mampu menjawab kebutuhan generasi milenial, yang akrab dengan teknologi digital. Sehingga, gerakan pramuka juga harus masuk pada ruang-ruang digital.

"Era 5.0 dan kemajuan teknologi digital harus diimbangi dengan tata biner baru yang kita sebut dengan era society 5.0," kata dia.

Di satu sisi, ia juga meminta perguruan tinggi keagamaan negeri untuk bisa mencetak pelajar-pelajar yang menjunjung tinggi nilai-nilai moderasi beragama. Selain cakap digital, juga memiliki sikap inklusif, toleran, dan damai.

Menurutnya, misi memperteguh semangat kebangsaan salah satunya tercermin pada komitmen mempertahankan NKRI dan Pancasila. Hal ini harus diletakkan bersama-sama dengan penciptaan suasana keagamaan yang moderat.

"Indonesia harus menjadi contoh bangsa lain, betapa kita sudah selesai tidak mempersoalkan perbedaan agama, ras, suku dan antar golongan. Semua warga negara bisa hidup bersama, rukun dan damai dalam wadah NKRI. Dan itu dipelopori oleh mahasiswa PTK yang kita cintai ini," kata dia.

​​​​​​Sebelumnya, Direktur Jenderal Pendidikan Agama Islam Kementerian Agama M. Ali Ramdhani mengatakan penyelenggaraan Perkemahan Wirakarya Perguruan Tinggi Keagamaan harus bisa memperkuat pemahaman moderasi beragama para peserta.

"Meningkatkan pemahaman dan sikap keberagamaan yang inklusif, toleran, dan damai di tengah-tengah kebhinekaan bangsa dalam bingkai Negara Kesatuan Republik Indonesia," ujar Ali.

Ia menekankan kepada peserta akan pentingnya merawat persatuan dan kesatuan dalam bingkai Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI). Menurut Ali, para peserta harus menjadi agen moderasi selepas mengikuti perkemahan wirakarya ini.

Baca juga: Dirjen Pendis: Perkemahan wirakarya harus perkuat pemahaman moderasi
 

Pewarta: Asep Firmansyah
Editor: Arief Mujayatno
Copyright © ANTARA 2021