Banda Aceh (ANTARA) - International Concern Group for Rohingyas (ICGR) meminta pemerintah untuk segera menyelamatkan pengungsi Rohingya yang masih berada di laut Kabupaten Bireuen, Aceh, apalagi banyak dari mereka adalah anak-anak.

"Kita mendesak Pemerintah Indonesia menyelamatkan pengungsi Rohingya ini, yang terombang-ambing di laut Aceh, sejak Ahad (26/12/2021)," kata Secretary General ICGR Dr M Adli Abdullah, di Banda Aceh, Rabu.

Adli mengatakan, 120 pengungsi Rohingya itu harus diselamatkan dengan membawa mereka ke daratan, dan jangan mengirimkan mereka kembali ke laut lepas.

"Apalagi kondisi mereka sebagian besar adalah anak anak dan perempuan, 60 wanita dan 51 anak anak. Ini persoalan hidup mati mereka," ujarnya.

Baca juga: UNHCR minta Indonesia izinkan kapal pengungsi Rohingya berlabuh

Apapun alasannya, kata Adli, mereka harus diselamatkan dengan tujuan kemanusiaan. Bahkan, ia menerima informasi bahwa Panglima Laot Bireuen juga sedang dimintai keterangan oleh polisi.

"Mohon jangan kriminalkan nelayan dan panglima laot, mereka membantu ini hanya alasan kemanusiaan saja dan sesuai adat istiadat yang mereka amalkan memberi kemanusiaan bantuan bagi yang membutuhkan di laut," kata dosen USK Banda Aceh itu.

Selain itu, Adli juga meminta negara-negara ASEAN juga harus ikut menyelesaikan persoalan Rohingya tersebut, sehingga tidak mengganggu kestabilan kawasan.

"Negara ASEAN agar proaktif juga menyelesaikan permasalahan ini, sehingga pengungsi Rohingya tidak terus jadi masalah setiap tahun," demikian Adli Abdullah.

Seperti diketahui, sebelumnya Panglima Laot Aceh melaporkan tentang adanya sebuah kapal dari Rohingya terpantau oleh nelayan Aceh yang baru pulang melaut di wilayah perairan Kabupaten Bireuen, Aceh, sekitar 67 mil laut.

Dan sampai hari ini mereka masih berada di laut Bireuen, karena belum ada kebijakan yang mengizinkan mereka dibawa ke daratan.

Baca juga: Amnesty International minta pengungsi Rohingya di Aceh diselamatkan
Baca juga: Menlu Retno ingatkan dunia agar tak kesampingkan isu Rohingya

Pewarta: Rahmat Fajri
Editor: Triono Subagyo
Copyright © ANTARA 2021