Mahasiswa Umri harus memiliki keunggulan dibanding mahasiswa perguruan tinggi lain.
Pekanbaru (ANTARA) - Universitas Muhammadiyah Riau (Umri) menggelar uji kompetensi membaca Al Quran bagi 2.093 mahasiswa semester I, disaksikan anggota Komisi VIII DPR-RI Dr H Achmad MSi.

Uji kompetensi baca Al Quran itu dilaksanakan di Masjid Baitul Hikmah Umri, Jalan Tuanku Tambusai, Pekanbaru, Sabtu.

Menurut Rektor Umri Dr H Saidul Amin MA, uji kompetensi bagi mahasiswa ini merupakan suatu kewajiban yang harus diikuti oleh seluruh mahasiswa Muslim, dan menjadi salah satu syarat untuk mengikuti wisuda ketika lulus kelak.

"Mahasiswa Umri harus memiliki keunggulan dibanding mahasiswa perguruan tinggi lain. Keunggulan tersebut terdapat dari mempelajari materi Al Islam dan Kemuhammadiyahan. Ini yang membedakan mahasiswa Umri dengan mahasiswa pada perguruan tinggi lainnya, jadi manfaatkan dan ikuti kegiatan ini dengan sebaik-baiknya," ujar Rektor.

Rektor berpesan agar mahasiswa bisa mengembangkan 3H dalam diri mereka, yakni heart (hati), head (kepala), dan hand (tangan).

Ketua Lembaga Al Islam dan Kemuhamadiyahan (LAIK) Umri Dr Santoso MSi menjelaskan, kegiatan uji kompetensi ini sifatnya wajib diikuti oleh mahasiswa beragama Islam. Prosesnya bertahap sampai awal semester tiga mendatang. Untuk tahap awal, ada 200-an mahasiswa yang diuji.

"Total sebanyak 2.093 mahasiswa Muslim Umri semester 1 saat ini, dan untuk tahap pertama ini diikuti sebanyak 200-an mahasiswa saja," katanya lagi.

Menurut Santoso, dalam program pembinaan Al Islam dan Kemuhammadiyahan ini, materi dijalani peserta adalah uji baca Al Quran, mulai dari cara membaca Al Quran dengan baik dan benar. Mahasiswa yang lulus akan mendapat sertifikat bebas buta aksara Al Quran sebagai prasyarat kelulusan mahasiswa.

Sedangkan yang tidak lulus akan dilakukan uji kompetensi hingga awal semester tiga. Uji kompetensi dilakukan oleh Tim Mentoring Al Quran Mahasiswa yang dibina oleh LAIK. Jumlahnya ada 56 mahasiswa tahfiz Quran mulai dari 5-30 juz. Sebelumnya, tim penguji ini juga telah menjalani training of trainer (ToT) mentor.

"Kalau tidak juga lulus dalam uji kompetensi ini, maka akan berpengaruh pada keberlangsungan studi mereka. Karena, mereka tidak bisa ikut wisuda, syarat wisuda harus memiliki sertifikat bebas buta aksara Alquran tersebut," kata Santoso.

Selain uji kompetensi, ada juga kegiatan kajian yang diisi oleh mahasiswa PGMI semester tiga. Para mahasiswa ini memang banyak dilibatkan, karena menjadi panitia dalam kegiatan tersebut. Ketuanya adalah Yoanda yang merupakan mahasiswa Program Studi PGMI Umri semester tiga.

Anggota Komisi VIII DPR RI Dr Ahmad MSi sebagai narasumber berpesan agar mahasiswa mampu mengikuti perkembangan zaman di era Revolusi Industri 4.0 saat ini. Meski menguasai teknologi, mahasiswa dituntut tetap berpijak pada dasar agama sebagai nilai moral kehidupan.

"Di zaman sekarang ini memiliki ilmu agama yang baik dan mendalam sangat dibutuhkan, karena itulah jangan sia-siakan kesempatan mengikuti kegiatan ini," kata legislator asal Rokan Hulu ini pula.
Baca juga: Rektor UMRI harap mahasiswa cabut laporan polisi

Pewarta: Frislidia
Editor: Budisantoso Budiman
Copyright © ANTARA 2022