Jakarta (ANTARA) - Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) menyebut tiga faktor penyebab kerusakan bangunan yang terjadi akibat gempa Banten bermagnitudo (M) 6,6 pada Jumat (14/1).

Kepala Pusat Seismologi Teknik, Geofisika Potensial dan Tanda Waktu BMKG Rahmat Triyono dalam keterangan tertulis yang diterima di Jakarta, Kamis, mengatakan kerusakan terbanyak terdapat di Kecamatan Sumur, Kabupaten Pandeglang, dari hasil pengamatan makroseismik dan pengukuran seismik di lapangan.

"Sebagian besar kerusakan pada bangunan disebabkan oleh faktor jarak yang dekat dengan episenter dan konstruksi bangunan yang tidak memenuhi standar konstruksi (building code) yang dipersyaratkan. Selain itu lokasi dengan banyak kerusakan berada di atas lapisan tanah dengan klasifikasi jenis tanah lunak (SE)," ujarnya.

Rahmat memaparkan pengamatan makroseismik menghasilkan sebaran lokasi dengan tingkat kerusakan yang bervariasi.

Berdasarkan keterangan klasifikasi skala dampak MMI shakemap BMKG menunjukkan kondisi wilayah terdampak yakni Desa Ujung Jaya dan Taman Jaya, Kecamatan Sumur, Kabupaten Pandeglang dengan skala Intensitas VI-VII MMI, banyak retakan terjadi pada dinding bangunan sederhana, sebagian roboh, kaca pecah.

Sebagian plester dinding lepas dan hampir sebagian besar atap bergeser ke bawah atau jatuh.

Struktur bangunan mengalami kerusakan ringan sampai sedang dan berpotensi mengalami kerusakan berat pada struktur bangunan yang sederhana.

Baca juga: Wapres beri bantuan bagi korban gempa Banten

Namun, pada beberapa lokasi, bagian nonstruktur bangunan mengalami kerusakan ringan, seperti retak rambut pada dinding, atap bergeser ke bawah dan sebagian berjatuhan dan berpotensi mengalami kerusakan sedang pada struktur bangunan yang sederhana.

Di Kecamatan Panimbang, Munjul, dan Cimanggu dengan skala V-VI MMI, bagian nonstruktur bangunan mengalami kerusakan ringan, seperti retak rambut pada dinding, atap bergeser ke bawah dan sebagian berjatuhan dan berpotensi mengalami kerusakan sedang pada struktur bangunan yang sederhana, namun pada beberapa lokasi dirasakan oleh banyak orang, benda-benda ringan yang digantung bergoyang dan jendela kaca bergetar.

Di Kecamatan Cigeulis, Cibaliung, dan Cikeusik, Kabupaten Pandeglang serta Kecamatan Malingping, Kabupaten Lebak dengan Intensitas IV-V MMI, dirasakan sangat kuat oleh banyak orang, benda-benda ringan yang digantung bergoyang dan jendela kaca bergetar, berpotensi menimbulkan kerusakan ringan.

Baca juga: Pakar Unpad sebut Banten rawan gempa karena zona Prisma Akresi

"Pengukuran klasifikasi jenis tanah sesuai SNI menggunakan metoda seismic Vs30 (kecepatan gelombang geser sampai kedalaman 30 meter) menghasilkan informasi bahwa sebagian besar wilayah terdampak memiliki klasifikasi jenis tanah sedang (SD), dan tanah lunak (SE). Wilayah terdampak dengan kerusakan terbanyak berada pada lokasi dengan klasifikasi jenis tanah lunak (SE) di Kecamatan Sumur," ujar dia.

Rahmat mengimbau masyarakat di lokasi terdampak agar menghindari dan tidak menempati sementara bangunan yang retak atau rusak diakibatkan oleh gempa, karena dapat membahayakan jika terjadi gempa susulan.

Masyarakat disarankan merelokasi tempat tinggal ke lokasi hunian yang bukan merupakan zona rawan bahaya gempa bumi dan tsunami. Jika lokasi tetap akan ditempati dan dilakukan rekonstruksi/rehabilitasi maka harus memenuhi kualitas bangunan sesuai standar konstruksi bangunan yang dipersyaratkan (SNI 1726-2019).

Baca juga: Peneliti: Gempa susulan terus terjadi sampai kesetimbangan tercapai
Baca juga: Peneliti BRIN: Potensi gempa bumi megathrust Selat Sunda capai M 8,7
Baca juga: Menko PMK: Gempa bumi di Banten sebabkan kerusakan 166 desa

Pewarta: Devi Nindy Sari Ramadhan
Editor: M. Hari Atmoko
Copyright © ANTARA 2022