Washington (ANTARA) - Menteri Pertahanan Amerika Serikat Lloyd Austin pada Rabu (9/2) berbicara dengan menteri pertahanan Korea Selatan dan Jepang tentang ancaman yang ditimbulkan oleh Korea Utara setelah serangkaian peluncuran rudal oleh Pyongyang, kata Pentagon.

Ketegangan internasional telah meningkat akibat serangkaian uji coba rudal balistik Korea Utara, yakni tindakan yang telah lama dilarang oleh Dewan Keamanan Perserikatan Bangsa-Bangsa (DK PBB).

"Para pemimpin menekankan bahwa peluncuran rudal balistik DPRK mengganggu stabilitas keamanan regional dan jelas melanggar beberapa resolusi Dewan Keamanan PBB," kata John Kirby, juru bicara Pentagon --markas besar Dephan AS-- dalam pernyataan.

Kirby menggunakan DPRK, Democratic People's Republic of Korea, saat menyebut nama resmi Korea Utara.

Januari 2022 adalah saat Korut mencatat rekor uji coba rudalnya. Setidaknya tujuh peluncuran, termasuk tipe baru "rudal hipersonik" yang mampu bermanuver dengan kecepatan tinggi, berlangsung selama bulan itu.

Korea Utara pada Selasa (8/2) membanggakan diri dengan menyatakan bahwa pihaknya adalah satu dari hanya segelintir negara di dunia yang memiliki senjata nuklir dan rudal canggih, serta satu-satunya negara yang menentang Amerika Serikat dengan "mengguncang dunia" dengan uji coba rudal.

Kutipan dari laporan rahasia PBB mengatakan bahwa Korea Utara terus mengembangkan program rudal nuklir dan balistik selama setahun terakhir.

Laporan PBB itu juga menyebutkan bahwa serangan siber pada pertukaran mata uang kripto merupakan sumber pendapatan penting bagi Pyongyang.

Sumber: Reuters

Baca juga: Korut sesumbar "guncang dunia" lewat uji rudal yang dapat serang AS

Baca juga: Sekjen PBB serukan pembicaraan denuklirisasi Semenanjung Korea


 

Korea Utara klaim sukses tembakkan rudal hipersonik

Penerjemah: Yuni Arisandy Sinaga
Editor: Tia Mutiasari
Copyright © ANTARA 2022