New York (ANTARA News) - Hari Kemerdekaan RI ke-66 diperingati secara luas di perwakilan-perwakilan Indonesia di Amerika Serikat, termasuk New York, sementara dari Washington DC, Duta Besar RI untuk AS, Dino Patti Djalal, berjanji akan memperjuangkan kewarganegaraan ganda bagi masyarakat Indonesia di AS.

Di New York, peringatan detik-detik proklamasi kemerdekaan Indonesia berlangsung pada Rabu pagi waktu setempat dalam sebuah upacara di gedung Konsulat Jenderal RI,yang berlokasi di kawasan Manhattan.

Pada Rabu, bagian depan gedung dihiasi dengan dua kibaran bendera, yaitu Bendera Merah Putih dan Bendera ASEAN --yang berwarna dasar biru.

Berkibarnya bendera ASEAN tersebut berkaitan dengan posisi Indonesia yang saat ini sedang menjabat sebagai ketua tahunan ASEAN (perhimpunan 10 negara di Asia Tenggara).

Upacara HUT Kemerdekaan RI yang dipimpin oleh Plt Konsul Jenderal RI di New York, Rosanna Suparmono, antara lain diisi dengan pembacaan teks Proklamasi, teks Pancasila serta penyanyian lagu Indonesia Raya dan dua lagu perjuangan, "Satu Nusa Satu Bangsa" dan "Berkibarlah Benderaku" oleh seluruh peserta upacara.

Rangkaian upacara dihadiri oleh kalangan diplomat dan berbagai unsur masyarakat, --termasuk Duta Besar RI untuk PBB-New York, Hasan Kleib, profesional dan mahasiswa Indonesia, serta para "sesepuh" yang sudah belasan hingga puluhan tahun tinggal di AS.

Salah satu "sesepuh" yang hadir adalah Pratomo, mantan pejuang kemerdekaan asal Madiun, Jawa Timur, yang telah tinggal di Amerika, khususnya New York, sekitar 44 tahun.

"Saya setiap tahun selalu mengikuti upacara peringatan kemerdekaan 17 Agustus... selalu terkenang jaman-jaman perjuangan dulu," ujar pria kelahiran Madiun, 4 Oktober 1930.

Pada usia muda, Pratomo merupakan anggota laskar perjuangan di Madiun dan sekitarnya, yang tugasnya berupaya menahanan majunya tentara pendudukan Belanda ke wilayah-wilayah pedalaman.

"Selama perjalanan di pedalaman, sebagai layaknya orang yang hidup jaman perjuangan, kami juga mengalami rasa derita, hanya punya baju yang dikenakan dan satu sarung yang bisa dipakai sebagai sebagai selimut, sembahyang. Makan juga apa adanya," tutur Pratomo ketika berbagi cerita dengan wartawan ANTARA.

Pratomo merupakan lulusan tahun 1960 Institut Teknologi Bandung (ITB) jurusan Arsitektur dan melanjutkan studinya di Universitas Harvard, AS dan kembali ke Indonesia.

Sejak tahun 1967, Pratomo kembali ke New York untuk menetap, bekerja, berkeluarga.

"Akhirnya saya menjadi penduduk (Amerika Serikat) dan baru saja saya merasa dengan umur yang sekarang saya rasa bukan waktunya lagi untuk bisa berkarya di Indonesia. Jadi saya hidup di sini sebagai orang pensiunan," ujarnya.

Pratomo yang kini tinggal di kawasan Queens, New York, itu mengungkapkan dirinya telah pensiun selama 20 tahun.

Sebelumnya ia bekerja sebagai arsitek sejak tahun 1963 di kantor-kantor arsitek di New York dan terakhir sebelum pensiun ia menjabat sebagai Direktur Perencanaan Citibank di kantor pusat di New York.

"Saya senang tadi kita menyanyikan lagu-lagu perjuangan. Mudah-mudahan lagu tidak hanya dinyanyikan, tapi yang penting harus direalisasikan," pesannya.


Kewarganegaraan Ganda

Sementara itu dari Washington DC, Duta Besar RI Dino Patti Djalal, mengirimkan surat terbuka kepada masyarakat Indonesia di AS berkaitan dengan hari-hari perayaan HUT RI ke-66.

Dalam surat itu, Dino antara lain menjanjikan akan menyampaikan aspirasi masyarakat Indonesia mengenai kewarganegaraan ganda.

"Saya berjanji akan menyampaikan aspirasi masyarakat Indonesia di AS ini ke Pemerintah, DPR dan parpol," ujar Dino.

Ia mengungkapkan, dalam perjalanannya ke berbagai kota di AS, ia selalu mendengar masukan dari masyarakat Indonesia tentang perlunya kewargangeraan ganda.

"Saya pribadi juga merasa bahwa di abad ke-21, kita harus melihat nasionalisme dan kewarganegaraan sebagai dua hal yang berbeda: banyak saudara kita yang sudah menjadi warga AS yang nasionalismenya masih dan akan terus membara," katanya.

"Yang jelas, Indonesia ke depan akan sangat membutuhkan `brain, skill and capital power` dari diaspora Indonesia di luar negeri, termasuk yang berada di AS," tambahnya. (TNY/K004)

Editor: Kunto Wibisono
Copyright © ANTARA 2011