Bangkok (ANTARA News) - Ribuan pengunjuk rasa Ahad membanjiri jalan-jalan di sekitar pusat perbelanjaan di tengah kota Bangkok, menyusul pawai umum pada malam hari untuk menuntut Perdana Menteri Thaksin Shninawatra agar mundur, satu pekan sebelum pemilihan umum yang dirundung masalah. Teriakan "Thaksin, mundur" berkumandang dari kerumunan orang yang berpawai di sekitar Siam Paragon, pertokoan terbesar di Bangkok, tempat pemimpin pemrotes berikrar bahwa demonstrasi lain akan berlangsung pada akhir pekan. "Ini merupakan permintaan sopan terakhir bagi Thaksin agar mundur," kata taipan media Thailand Sondhi Limthongkul, mantan sekutu Perdana Menteri itu, yang kini tampil sebagai pemimpin utama anti-Thaksin. Di tengah lautan bendera yang berkibar dan ikat kepala berwarna kuning yang telah menjadi lambang gerakan anti-Thaksin, orang-orang yang ingin berbelanja dan berusaha mencapai pintu depan Paragon terkunci dialihkan ke pintu parkir di bagian belakang oleh penjaga keamanan yang merasa khawatir. Pengunjuk rasa, yang dipkerirakan oleh polisi berjumlah 4.000 orang, juga bermaksud berpawai ke perusahaan penanaman modal yang memiliki hubungan dengan Singapura, Temasak, yang belum lama ini membeli Shin Corp, perusahaan raksasa telekomunikasi yang didirikan oleh Thaksin sebelum memangku jabatan. Thaksin selama berpekan-pekan telah menghadapi demonstrasi yang menyerukan pengunduran dirinya sejak keluarganya mengantungi hampir dua miliar dolar AS dalam penjualan bebas pajak atas saham Shin Corp kepada Temasek. Jurubicara polisi nasional Ajirawid Subarnbhesaj, Ahad, seperti dilaporkan AFP, mengatakan 1.300 personel polisi ditempatkan di sepanjang Jalan Sukhumvit. Ia memperingatkan bahwa pawai umum tersebut dapat membuat macet lalulintas di sepanjang daerah sibuk itu. Namun unjuk rasa tersebut tetap berlangsung tenang, dan hanya terganggu oleh suara klakson dair pengemudi yang tak sabar karena laju kendaraan mereka terhambat oleh pengunjuk rasa. Pawai hari Ahad dilakukan hanya beberapa jam setelah 100.000 orang berkumpul pada malam hari untuk mendesak raja, yang sangat dihormati, mengangkat perdana menteri baru dan menyelesaikan kebuntuan politik sebelum pemilihan umum pekan depan. Seruan kepada raja telah berkembang dalam satu pekan terakhir, saat Thailand mendekati pemilihan umum 2 April yang telah diboikot oleh kelompok oposisi dan sudah dinodai oleh pernyataan mengenai kecurangan. Sejauh ini raja tak memperlihatkan tanda bahwa ia bersedia ikut campur dalam krisis itu. Pada masa lalu, ia hanya turun-tangan dalam politik jika terjadi pertumpahan darah. Pemungutan suara pedahuluan dimulai Sabtu bagi mereka yang tak dapat melakukannya dalam pemungutan suara pekan depan. Di antara mereka yang memberi suara ialah kepala penasehat raja Prem Tinsulanonda, dalam apa yang dipandang oleh pendukung Thaksin sebagai tanda bahwa pemilihan umum tersebut akan tetap berlangsung. Thaksin tolak tuntutan Thaksin, yang dilaporkan bermain golf hari Ahad, telah menampik tuntutan bagi perdana menteri yang diangkat oleh raja, dan mengatakan itu akan menandai kegagalan demokrasi. Thaksin menyerukan pemilihan umum 2 April, tiga tahun lebih awal, dalam upaya mengakhiri unjuk rasa yang terjadi hampir setiap hari terhadap dia dan mengakhiri kebuntuan politik yang mengancam akan mendorong kerajaan tersebut ke dalam krisis undang-undang dasar. Di tengah kekhawatiran bahwa hasil pemilihan umum pekan depan dapat memperdalam krisis, Thaksin telah berusaha mengubah pemilihan umum itu menjadi referendum mengenai pemerintahnya, dan mengatakan ia akan menolak untuk memangku jabatan jika ia meraih kurang dari separuh suara. (*)

Copyright © ANTARA 2006