Alleppo (ANTARA) - Jarouj terbangun ketika merasakan guncangan di rumahnya di lingkungan permukiman Slaimaniyeh di kota tua Aleppo. Awalnya, dia dan anggota keluarganya yang lain mengira itu hanya getaran biasa dan memutuskan untuk kembali tidur. Namun, getaran lainnya, yang jauh lebih kuat, terjadi tepat setelah guncangan pertama, yang lantas membuat mereka berhamburan ke jalan.

Ketika getaran gempa berhenti, bangunan rumahnya mengalami beberapa retakan dan tampak berbahaya untuk ditinggali sehingga dia terpaksa mencari perlindungan di Biara Saudara Maria di Aleppo. Namun, setelah hari yang panjang dan menyiksa itu, dia tak bisa kembali tidur.

"Kami belum tidur sejak pagi, karena kami masih ketakutan. Bahkan anak-anak saya yang masih kecil tidak bisa tidur. Ini sangat mengerikan," katanya.

Di biara yang sama, Samer Samihni, ayah lima anak, mengatakan rumahnya juga rusak akibat gempa.

Dia mengatakan selama hidupnya belum pernah dia mengalami hal seperti itu, bahkan selama pertempuran brutal yang terjadi di Aleppo. Dia menambahkan bahwa yang paling membuatnya ketakutan bukanlah getaran gempa, melainkan jeritan anak-anaknya.

"(Gempa) itu sangat kuat dan hidup kami berada dalam bahaya. Ini pertama kalinya saya menyaksikan hal seperti itu," kenang Samihni.

Berjalan di kota tua Aleppo usai diguncang gempa, seseorang akan merasa janggal, mengingat pemandangan kehancuran di Aleppo sama sekali bukan hal baru karena sebagian besar kota tua itu pun masih berupa reruntuhan pascapertempuran brutal Aleppo yang terjadi dari 2012 hingga 2016.

Meskipun kehancuran bukan hal yang baru di kota itu, namun hal yang tak biasa adalah keinginan warga untuk terus bergerak dan menyelamatkan nyawa mereka.

George al-Saba', direktur Biara Marian Bersaudara, mengatakan kepada Xinhua bahwa biaranya menerima lebih dari 750 pengungsi sejak Senin pagi, dan menyatakan bahwa para pengungsi telah mendapatkan bantuan berupa kebutuhan pokok.

"Kami menyediakan sarapan, makan siang, dan makan malam. Kami juga menyediakan pemanas, dan yang terpenting adalah keamanan, sehingga orang-orang bisa merasa aman setelah hari ini," kata al-Saba' kepada Xinhua.

Jalan-jalan di kota tua Aleppo tampak dipadati orang-orang yang bekerja di sekitar reruntuhan, yang tak henti-hentinya menggali bersama personel pertahanan sipil dan tim penyelamat lainnya.

Menurut Kementerian Kesehatan Suriah, sedikitnya 711 orang tewas dan 1.431 lainnya luka-luka di provinsi Aleppo, Latakia, Hama, dan Tartus.

Beberapa laporan media juga mengutip petugas penyelamat yang mengatakan bahwa 733 orang tewas dan lebih dari 2.100 lainnya luka-luka di wilayah yang dikuasai pemberontak di Suriah itu.






 

Pewarta: Xinhua
Editor: Zita Meirina
Copyright © ANTARA 2023