Mataram (ANTARA News) - Asosiasi Biro Perjalanan Wisata Indonesia atau Association of the Indonesian Tours & Travel Agencies (ASITA) Nusa Tenggara Barat (NTB) mengatakan, Pemerintah Australia telah menerbitkan "travel advisory" atau imbauan kepada warganya untuk mempertimbangkan kunjungan ke Gili Trawangan.

"Memang ada `travel advisory` itu tapi tidak mengganggu usaha travel yang beroperasi di wilayah NTB, karena umumnya wisatawan Australia langsung dari Bali ke Gili Trawangan menggunakan kapal cepat atau kapal pesiar," kata Ketua ASITA NTB Agus Mulyadi di Mataram, Rabu.

Agus mengatakan, "travel advisory" ke Gili Trawangan itu pun bersifat imbauan dan sudah menjadi kewajiban pemerintahan suatu negara untuk melindungi warga negaranya, yang merujuk kepada kasus yang ada.

Travel advisory dikeluarkan pemerintah Australia setelah warganya, Liam Davies (19), meninggal akibat minuman keras yang dikonsumsinya di pada malam Tahun Baru 2013.

Davies meninggal dunia di Rumah Sakit Sir Charles Gairdner, Perth, Australia, 6 Januari 2013, setelah beberapa hari kritis. Remaja kelahiran Selandia Baru itu dilarikan dari Pulau Lombok, NTB, ke Perth, sehari setelah menjalani pemeriksaan di salah satu rumah sakit di Kota Mataram.

Davies diduga keracunan metanol, bahan kimia yang biasa digunakan untuk keperluan industri. Ia diserang nyeri lambung dan kepala serta muntah-muntah, hingga kritis dan meninggal.

"Travel advisory" itu diterbitkan atas desakan orangtua dan sanak keluarga Davies di Australia dan Selandia Baru yang meminta negaranya menyikapi permasalahan tersebut, hingga Konjen Australia di Denpasar, Bali, Brett Farmer menemui Pemerintah Provinsi NTB dan pihak terkait lainnya.

Farmer datang bersama Wakil Kedutaan Besar Selandia Baru untuk Indonesia Ian Brownlies, dan menghadiri pertemuan koordinasi di Aula Dinas Kesehatan Provinsi NTB, di Mataram, 17 Januari 2013.

Saat itu Farmer banyak mendapat informasi terkait kematian turis remaja Australia itu, namun Pemerintah Australia kembali meminta penjelasan secara tertulis, sehingga Konjen Australia itu mengirim surat resmi berisi sejumlah pertanyaan penting kepada Pemerintah Provinsi NTB.

"Tentu kami berharap, `travel advisory` itu segera berlalu, meskipun sementara ini usaha travel lokal di wilayah NTB aman-aman saja. Masih banyak wisatawan yang menggunakan jasa travel yang tergabung dalam ASITA NTB," ujarnya.

Menurut Agus, berkurangnya kunjungan wisatawan Australia sejak dua bulan pertama 2013, tidak terlepas dari "travel advisory" itu. Namun, penurunan kunjungan wisatawan ke NTB saat ini juga karena sedang masa "low season".

Ia optimistis, masih banyak wisatawan Australia yang menganggap kematian Davies sebagai kasusistik, bukan karena NTB tidak aman atau Gili Trawangan yang tidak lagi diminati wisatawan mancanegara.

"Masih ramai kunjungan wisatawan di Gili Trawangan, itu hanya imbauan saja, dan nanti juga semua orang Australia pahami substansi permasalahannya," ujar Agus yang mengkoordinir sebanyak 141 usaha biro perjalanan wisata itu.

Sebelumnya, Kepala Dinas Perhubungan Pariwisata Komunikasi dan Informasi Kabupaten Lombok Utara Sinar Wugiyarno mengatakan, kunjungan wisatawan Australia ke Gili Trawangan dan gili lainnya anjlok pasca kematian Davies, berkurang secara drastis.

"Penurunannya sangat tajam, dari 70 persen menjadi sekitar lima persen saja," ujar Sinar.

Sinar menduga, anjloknya kunjungan wisatawan Australia ke lokasi wisata andalan Lombok Utara dan NTB yakni Gili Trawangan, Gili Meno, dan Gili Air, akibat gencarnya pemberitaan media massa di Australia, terkait kematian Davies, turis remaja Australia itu.

Objek wisata Gili Trawangan dikunjungi sekitar 40 ribu orang wisatawan setiap tahun, dan dua gili lainnya yakni Gili Meno dan Gili Air dikunjungi sekitar 20 ribu wisatawan setiap tahun.

"Informasi yang kami ketahui, semenjak kematian Davies, media-media massa di Australia hampir setiap hari memberitakan masalah itu, dan memojokkan kita (NTB). Karena itu, dampaknya kunjungan wisatawan Australia turun tajam dan sekarang hanya sekitar lima persen saja," ujarnya.

Sejumlah pelaku usaha pariwisata di tiga gili itu, juga mengaku kehilangan omset yang cukup banyak akibat berkurangnya jumlah wisatawan Australia.

Tiga distributor minuman keras berizin yang beroperasi di lokasi wisata andalan NTB itu, juga mengaku lesu. Ketiga distributor minuman keras itu yakni Marina, Bintang Indah dan UD Tanpa Nama.

"Saat ini, ada 14 unit usaha yang mengantongi izin perdagangan minuman keras di wilayah Kabupaten Lombok Utara. Sebanyak sembilan izin di tiga gili itu, dan lima izin lainnya diluar gili itu. Pemegang izin mengaku omsetnya anjlok, karena wisatawan Australia berkurang drastis," ujar Sinar.

(ANTARA)

Editor: Suryanto
Copyright © ANTARA 2013