Paris (ANTARA News) - Prancis yakin Amerika Serikat memang berupaya mematamatai jejaring komunikasi presiden negara itu, tulis dokumen intelijen AS yang dibocorkan Edward Snowden seperti dikutip AFP.

Menurut dokumen itu, para agen AS telah membantah memiliki kaitan dengan serangan siber ke kantor kepresidenan Prancis Istana Elysee pada Mei 2012.

Prancis juga menduga dinas rahasia Israel Mossad terlibat dalam pemata-mataan Prancis itu.

Ekstrak dari dokumen yang dibocorkan buronan intelijen AS Edward Snowden itu disiarkan koran Le Monde bersama sebuah artikel yang ditulis Glenn Greenwald, wartawan AS yang memiliki bocoran dokumen Snowden mengenai pemata-mataan AS di seluruh dunia.

Menurut dokumen intelijejn itu, ada catatan hasil briefing April tahun ini dari para pejabat NSA yang bertemu dua pejabat dinas rahasia Prancis, DGSE.

Para agen Prancis ini terbang ke Washington untuk menuntut penjelasan atas penemuan mereka pada Mei 2012 mengenai upaya pembobolan sistem komunikasi Elysee.

Catatan itu menjelaskan bahwa cabang NSA yang menangani serangan siber, Tailored Access Operations (TAO), menyatakan tak melakukan pembobolan itu, sedangkan sekutu-sekutu dekatnya seperti Australia, Inggris, Kanada dan Selandia Baru juga membantah terlibat.

Catatan itu melanjutkan, "TAO sengaja tak menanyai apakah Mossad atau ISNU (unit intelijen siber Israel) terlibat karena Prancis bukan target dalam diskusi bersama."

Le Monde manfsirkan kalimat itu sebagai ironi bagi kemungkinan adanya Mossad di balik serangan siber ke Prancis itu.

Serangan siber itu menembus Istana Elysee pada pekan-pekan terakhir masa kepresidenan Nicolas Sarkozy, antara dua putaran pemilihan presiden yang akhirnya dimenangkan Francois Hollande.

Serangan siber itu sebelumnya dilaporkan media Prancis yang menggambarkannya sebagai upaya memasukkan perangkat monitoring ke dalam sistem komunikasi presiden namun belum jelas benar apakah saat itu jejaring kepresidenan berhasil dibobol, demikian AFP.

Editor: Jafar M Sidik
Copyright © ANTARA 2013