Jakarta (ANTARA News) - Wakil Ketua MPR RI, E.E. Mangindaan menyebut bangsa Indonesia saat ini menghadapi berbagai tantangan, di antaranya pengabaian terhadap kepentingan daerah dan timbulnya fanatisme daerah.

"Dalam amandemen, sudah ada otonomi daerah. Tetapi masih timbul fanatisme daerah seperti tampak dalam Pilkada. Ini artinya fanatisme kedaerahan masih tinggi," kata dia saat membuka dan menyampaikan sosialisasi Empat Pilar MPR RI di Universitas Kristen Indonesia Tomohon (UKIT), di Tomohon, Sulawesi Utara, Rabu, seperti dalam keterangan tertulis MPR.

Tantangan lainnya, lanjut Mangindaan adalah kurang berkembangnya penghargaan pada kebhinnekaan, kurangnya keteladanan dalam sikap dan perilaku pemimpin, masih terjadinya diskriminasi, dan masalah penegakan hukum. "Saya tambahkan tantangan berikutnya kertidakadilan karena kesenjangan sosial ekonomi yaitu kemiskinan dan pengangguran," jelas dia.

Mangindaan juga mengingatkan pengaruh globalisasi yang semakin luas dan persaingan (antar negara) yang semakin tajam, serta kuatnya intensitas intervensi dari kekuatan global.

"Contohnya perencanaan pembangunan di Indonesia dipengaruhi suku bunga bank Federal AS, depresiasi Yuan. Dengan kondisi seperti itu bagaimana dengan Pancasila," kata dia. Gubernur Sulut periode 1995 - 2000 itu kemudian menguraikan tentang Pancasila sejak pidato Bung Karno di sidang BPUPKI pada 1 juni 1945 hingga pengesahan UUD pada 18 Agustus 1945.

"Pancasila sudah final dan mengikat dan tidak bisa diutak-utik lagi. Ini yang sering belum dipahami sehingga MPR terus melakukan sosialisasi Empat Pilar. Kalau tidak hafal Pancasila, bagaimana mau mengimplementasikan?" imbuh Mangindaan.

Pewarta: Lia Wanadriani Santosa
Editor: Aditia Maruli Radja
Copyright © ANTARA 2016