Jakarta (ANTARA News) - Bank Indonesia (BI) memperkirakan nilai tukar rupiah masih akan terus menguat, mengingat masih adanya kelebihan likuiditas di pasar global. "Soal nilai tukar rupiah akan banyak tergantung dari apakah capital inflow masih sederas sekarang atau tidak. Kelihatannya masih akan cukup banyak masuk ke pasar melalui pasar modal," kata Deputi Gubernur Senior Gubernur BI, Miranda S. Goeltom, di sela acara Asia Pacific Conference and Exhibiton (APCONEX) 2007 di Jakarta, Rabu. Menurut dia, penguatan rupiah yang terjadi akhir-akhir ini karena adanya capital inflow ke Indonesia yang cukup besar. "Kalau investasi masih menarik buat investor, sementara global likuiditi masih benar-benar banjir, kelihatannya masih akan cukup banyak masuk ke kita melalui pasar modal," katanya. Ia memperkirakan aliran modal masuk ke Indonesia masih akan terjadi dan jika masuknya cukup banyak, maka akan memberi tekanan bagi penguatan rupiah. Nilai tukar rupiah dalam beberapa waktu terakhir berada pada level di bawah Rp9.000 per dolar AS dibanding sebelumnya yang berada di atas Rp9.000. "BI berkepentingan untuk mengurangi volatitas rupiah. Kurs yang volatile akan menimbulkan ketidakpastian dan kita mencoba menghindari itu," katanya. Mengenai penurunan BI Rate dari 9,00 persen menjadi 8,75 persen pada awal Mei ini, Miranda mengatakan BI memutuskan penurunan indikator itu setelah mengamati perkembangan inflasi. "Kemarin kita menurunkan suku bunga karena data-data yang lebih menggembirakan di beberapa sektor, misalnya ekspor-impor, investasi, dan terutama inflasi. Kita melihat ekspektasi inflasi ke depan masih sesuai target," katanya. (*)

Copyright © ANTARA 2007