Semarang (ANTARA News) - Pasar Semawis Semarang yang merupakan tradisi tahunan setiap menyambut perayaan Tahun Baru Imlek siap digelar selama tiga hari, mulai 12-14 Februari 2018.

"Pasar Semawis ini kan sudah menjadi agenda tahunan Kota Semarang," kata Kepala Bagian Hubungan Masyarakat dan Protokol Sekretariat Daerah Kota Semarang Achyani di Semarang, Jumat.

Menurut dia, Pasar Semawis yang diinisiasi komunitas Pecinan akan menyajikan jamuan "tuk panjang" sebagai perayaan syukur dengan makan malam di sebuah meja yang sangat panjang.

Hidangan yang disajikan dalam jamuan "tuk panjang" sangat beragam, seperti nasi goreng jamblang yang penyajiannya dibungkus dengan daun jati yang merupakan salah satu kearifan lokal.

"Daun jati kan dulunya digunakan untuk pembungkus nasi atau daging yang selama ini sudah mulai dilupakan. Beberapa masih dipakai untuk mewarnai nangka muda pada kuliner gudeg," katanya.

Produk-produk unggulan khas Pecinan Semarang yang sudah tersohor, seperti kecap Mirama, kuwaci Gadjah, pia Bayu, hingga obat-obatan tradisional khas Tiongkok juga meramaikan Pasar Imlek Semawis.

"Ada pula `Ecobricks`, sebuah gerakan dari komunitas sadar lingkungan yang akan mengajarkan, mengenalkan, dan mempraktikkan bagaimana mengelola limbah plastik secara gampang, mudah, dan efisien," katanya.

Sebagaimana tahun-tahun sebelumnya, kata dia, Pasar Imlek Semawis digelar di kawasan Pecinan Semarang yang setiap hari padat dengan aktivitas perekonomian dan lalu lintas.

Untuk menghindari kemacetan, kata dia, Dinas Perhubungan dan Satlantas Polrestabes Semarang akan melakukan pengalihan arus lalu lintas, yakni dari Jalan Beteng dialihkan ke Wotgandul Barat.

"Pengalihan arus berlangsung mulai pukul 15.00-24.00 WIB. Ada pula jalur alternatif yang disediakan, yakni melalui Jalan Inspeksi dari Wotgandul Barat ke Sebandaran hingga Jalan Pekojan," katanya.

Sementara itu, Wali Kota Semarang Hendrar Prihadi juga menyebutkan budaya Tionghoa merupakan bagian dari budaya masyarakat Indonesia, khususnya budaya masyarakat Semarang.

Politikus PDI Perjuangan yang akrab disapa Hendi itu menjelaskan hewan mitologi yang menjadi ikon Kota Semarang, yakni Warak Ngendog merupakan perpaduan berbagai budaya.

Warak Ngendog, kata dia, merupakan hewan mitologi berkepala naga yang menjadi simbol keterwakilan budaya Tionghoa dalam budaya Semarang, selain budaya Arab dan Jawa.

Hendi menambahkan perayaan Imlek di Kota Semarang pada tahun ini akan terkonsentrasi pula di dua titik, yakni Wotgandul Timur di kawasan Pecinan dan Kelenteng Sam Poo Kong Semarang.

"Nanti pada 12-14 Februari 2018 akan diselenggarakan Pasar Imlek Semawis yang rangkaiannya festival lunpia, jamuan makan tuk panjang, hingga pengobatan gratis di kawasan Wotgandul Timur Semarang," katanya.

Pewarta: Zuhdiar Laeis
Editor: AA Ariwibowo
Copyright © ANTARA 2018