Jakarta (ANTARA News) - Amerika Serikat berharap bisa memulai operasional Kedutaan Besar untuk Israel di Jerusalem pada Mei 2018, demikian disampaikan salah seorang pejabat anonim kepada Reuters.
Kebijakan tersebut menindaklanjuti rencana pemindahan dari Tel Aviv yang telah tertunda selama beberapa dekade dan diperkirakan bakal menimbulkan reaksi dari sekutu AS yang sebagian telah mengungkapkan penolakan.
Pejabat tersebut mengatakan bahwa meski ada pemindahan, namun sebagian besar pegawai Kedubes AS di Israel akan tetap bertahan di Tel Aviv.
"Mei nanti, kami memindahkan kedudukan Duta Besar dan sebuah tim kecil ke Arnona," kata pejabat tersebut, merujuk pada kamp yang saat ini menjadi pusat operasional Konsulat Jenderal AS di Jerusalem.
"Yang akan terjadi pada Mei adalah sebuah papan akan dipasang di Arnona, mengidentifikasi fasilitas tersebut sebagai Kedubes AS," ujarnya menambahkan.


Setelah itu, fase kedua akan ditempuh dengan pencarian sebuah lokasi yang cukup aman untuk membangun gedung Kedubes AS yang baru, kata pejabat lain, yang juga meminta identitasnya dirahasiakan.
Sementara itu, Konsulat Jenderal AS di Jerusalem Timur akan melayani warga Paletina, dan untuk alasan keamanan Duta Besar AS untuk Israel David Friedman tetap tinggal di kediamanyya di Herzliya, di utara Tel Aviv, serta bolak balik ke Kedubes AS di Jerusalem.
Sebelumnya pada Desember 2017 Presiden AS Donald Trump mengumumkan negaranya mengakui Jerusalem sebagai Ibu Kota Israel, yang memicu kemarahan negara-negara Arab sekutu AS serta mengabaikan suara Palestina yang menginginkan bagian timur kota tersebut sebagai ibu kota mereka.
Hingga saat ini belum ada negara lain yang mengakui Jerusalem sebagai Ibu Kota Israel dan keputusan Trump tersebut menimbulkan ketidakselarasan antara AS dan Uni Eropa terkait upaya perdamaian di Timur Tengah.

Pewarta: ANTARA News
Editor: Gilang Galiartha
Copyright © ANTARA 2018