Al Khobar, Arab Saudi (ANTARA News) - Para pemimpin negara-negara anggota Liga Arab mengakhiri KTT ke-29, Minggu, dengan mengeluarkan Deklarasi Dhahran yang menolak campur tangan Iran dalam urusan dalam negeri negara-negara Arab.

Iran juga dituntut untuk menarik milisi-milisi dan elemen-elemen bersenjata yang didukungnya dari semua negara Arab, khususnya Suriah dan Yaman, demikian isi Deklarasi Dhahran yang diperoleh Antara di Al Khobar, Senin.

Dalam KTT yang dipimpin Raja Salman bin Abdulaziz Al Saud itu, para pemimpin Liga Arab mengutuk aksi agresif Iran dalam apa yang disebut mereka sebagai mengganggu stabilitas keamanan dengan mendukung dan mempersenjata milisi-milisi teroris di sejumlah negara Arab.

Tindakan Teheran itu dipandang para pemimpin dan ketua delegasi Liga Arab yang hadir sebagai "melanggar prinsip-prinsip bertetangga yang baik, aturan hubungan antarbangsa, prinsip-prinsip hukum internasional, dan Piagam PBB."

Dalam bagian lain Deklarasi Dhahran ini, Liga Arab juga mengutuk keras serangan 119 misil balistik misili Houthi yang didukung Iran terhadap kota-kota di Arab Saudi, termasuk Mekah dan Riyadh.

Para pemimpin organisasi yang dibentuk di Mesir pada 1945 ini meminta masyarakat internasional untuk memperketat sanksi kepada Iran dan kelompok milisi dukungannya.

Masyarakat international juga diminta menghentikan Iran dari memberi dukungan terhadap apa yang disebut Liga Arab sebagai kelompok-kelompok teroris maupun pasokan misil balistik buatannya ke milisi Houthi dan mengikat Iran dengan Resolusi PBB No.2216.

Para pemimpin dan ketua delegasi KTT ke-29 Liga Arab pun mendukung semua langkah Koalisi Arab dalam menyokong legitimasi di Yaman guna mengakhiri krisis di negara itu.

Dasar rujukan Liga Arab untuk mengakhiri krisis Yaman adalah Inisiatif Teluk, mekanisme eksekutifnya, hasil Konferensi Dialog Nasional, dan Resolusi Dewan Keamanan PBB No.2216, serta memastikan kemerdekaan Yaman dan persatuannya, dan melindungi keamanan dan negara-negara tetangga Yaman.

Tentang masalah yang dihadapi Bahrain, para pemimpin Liga Arab yang hadir menegaskan dukungannya kepada semua upaya negara itu dalam melindungi keamanan dan kemampuannya merespons campur tangan asing.

Konferensi tingkat tinggi yang berlangsung di aula gedung "King Abdulaziz Center for World Culture" di Dhahran itu antara lain dihadiri Presiden Palestina Mahmoud Abbas, Presiden Tunisia Beji Caid Essebsi, dan Presiden Komoros Azali Assoumani.

Seterusnya Presiden Irak Mohammed Fuad Masum, Presiden Yaman Abdrabbuh Mansur Hadi, Presiden Dewan Presiden Pemerintahan Koalisi Nasional Libya Fayez Mustafa Al-Sarraj, Presiden Lebanon Michel Aoun, serta pemimpin Yordania, Kuwait, Bahrain, dan Moroko.

Liga Arab yang didirikan di Kairo pada 1945 oleh Mesir, Arab Saudi, Irak, Lebanon, Suriah, Yordania, dan Yaman itu kini beranggotakan 22 negara. Lima belas negara anggota lainnya adalah Libya, Sudan, Maroko, Tunisia, Kuwait, Aljazair, Uni Emirat Arab, Bahrain, Qatar, Oman, Mauritania, Somalia, Palestina, Djibaouti, dan Komoro.

 

Pewarta: Rahmad Nasution
Editor: Jafar M Sidik
Copyright © ANTARA 2018