Kairo, Mesir (ANTARA News) - Mesir mengutuk "dengan sekeras-kerasnya" serangan mematikan yang baru-baru ini ditujukan ke markas Komisi Tinggi Pemilihan Umum di Ibu Kota Libya, Tripoli, kata Kementerian Luar Negeri Mesir pada Rabu (2/5).

Sedikitnya 14 orang tewas dalam pemboman bunuh diri yang ditujukan kepada markas Komisi tersebut pada Rabu, sementara kelompok teror regional ISIS mengaku bertanggung jawab atas serangan itu.

"Mesir mengutuk dengan sekeras-kerasnya pemboman terhadap Komisi Tinggi Pemilihan Umum di Ibu Kota Libya, Tripoli, yang menewaskan dan melukai sejumlah orang di kalangan anggota komisi dan warga sipil yang tak berdosa," kata Kementerian Luar Negeri Mesir di dalam satu pernyataan.

Kementerian tersebut juga menekankan dukungan buat rakyat Libya dalam menghadapi aksi teror dan di tingkat politik serta keamanan guna membantu negara tetangganya itu memulihkan keamanan dan kestabilan serta mencapai konsensus nasional yang diinginkan.

Serangan tersebut juga dikutuk oleh Liga Arab, yang berpusat di Kairo, sebagaimana dilaporkan Xinhua.

Pemimpin organisasi Pan-Arab itu mengatakan di dalam satu pernyataan pada Rabu bahwa "agresi pelaku teror takkan menghentikan rakyat Libya untuk melanjutkan langkah mereka ke arah terwujudnya perujukan nasional, pembangunan lembaga negara dan dihasilkannya undang-undang dasar yang diinginkan serta prosedur pemilihan umum."

Libya telah dirongrong perang saudara sejak penggulingan dan terbunuhnya Muammar Gaddafi pada 2011, yang akhirnya memecah negeri tersebut menjadi dua pemerintah, satu yang didukung PBB di Tripoli dan pemerintah yang didukung parlemen dan berorientasi pada militer di Tobruk.

Pemerintah di Tobruk, yang didukung oleh tentara nasional Libya yang diumumkan secara sepihak dan dipimpin oleh Marsekal Medan Khalifa Haftar, menolak untuk mengakui pemerintah persatuan yang berpusat di Tripoli dan dipimpin oleh Fayez As-Serraj.

PBB, serta beberapa negara regional dan internasional, berusaha agar Libya bisa mewujdukan proses langka, pemilihan angota parlemen dan presiden, yang telah dilarang selama 42 tahun kekuasaan Gaddafi.

(Uu.C003)
 

Pewarta: Chaidar Abdullah
Editor: Heppy Ratna Sari
Copyright © ANTARA 2018