Manila, Filipina, (ANTARA News) - Sebanyak sepertiga, atau 2,2 juta dari tujuh juta kematian pradini setiap tahun akibat polusi udara, terdapat di Wilayah Pasifik Barat, demikian data baru yang disiarkan pada Rabu (2/5) oleh Organisasi Kesehatan Dunia (WHO).

Wilayah Pasifik Barat adalah tempat tinggal bagi seperempat penduduk dunia. Perkiraan baru WHO tersebut memperlihatkan sembilan dari 10 orang di dunia menghirup udara yang mengandung polusi tingkat tinggi dari rumah tangga atau udara di luar rumah.

"Udara yang tercemar menembus ke dalam paru-paru mereka dan sistem jantung mereka," kata WHO di dalam satu pernyataan.

Di antara 2,2 juta kematian yang berkaitan dengan polusi udara di wilayah tersebut pada 2016, kata WHO, 29 persen karena penyakit jantung, 27 persen stroke, 22 persen penyakit paru-paru kronis, 14 persen kanker paru-paru dan delapan persen radang paru-paru.

"Polusi udara adalah ancaman kesehatan lingkungan hidup yang paling mematikan di wilayah kita, dan itu mempengaruhi manusia di negara yang berpenghasilan menengah dalam jumlah yang jauh lebih banyak dibandingkan dengan di negara yang berpenghasilan tinggi," kata Shin Young-soo, Direktur Regional WHO untuk Pasifik Barat.

Shin mengatakan penanganan polusi udara dan perubahan iklim adalah prioritas utama buat WHO di Wilayah Pasifik Barat, demikian laporan Xinhua.

"Tapi itu bukan tantangan yang bisa diselesaikan oleh per orangan atau sektor kesehatan saja. Kita memerlukan tindakan mendesak di seluruh bidang --energi, pertanian, transportasi, perumahan dan lain-lain-- guna menjamin masa depan yang sehat dan lestari," kata Shin.

Polusi udara terutama berasal dari partikel yang meliputi zat pencemar seperti sulfat, nitrat dan karbon hitam, yang menimbulkan resiko terbesar bagi kesehatan manusia, kata WHO.

"Polusi udara lingkungan hidup mempengaruhi daerah kota dan desa. Sumber utamanya meliputi penggunaan energi yang tidak efisien dalam industri rumah tangga, sektor pertanian dan transportasi, dan pembangkit listrik tenaga batu-bara," katanya.

Di beberapa daerah, WHO menyatakan pasir dan debu gurun, pembakaran sampah dan penggurunan adalah sumber lain bagi polusi udara. Kualitas udara juga dapat dipengaruhi oleh anasir alam seperti faktor geografik, meteorologi dan musim.

Sumber utama polusi udara rumah tangga adalah penggunaan minyak tanah dan bahan bakar padat seperti kayu di kompor yang menimbulkan pencemaran, pembakaran terbuka dan lampu, kata WHO.

WHO mengatakan lebih dari 40 persen penduduk dunia masih tak memiliki akses ke bahan bakar masak yang bersih dan teknologi di rumah mereka. Perempuan dan anak-anak adalah yang paling beresiko terhadap polusi udara rumah tangga, kata WHO.

"Polusi udara mengancam kita semua, tapi orang yang paling miskin dan paling tersisih memikul beban besar," kata Direktur Jenderal WHO Tedros Adhanom Ghebreyesus. "Jika kita tidak melakukan tindakan mendesak mengenai polusi udara, kita takkan pernah bisa mewujudkan pembangunan yang berkelanjutan."

(Uu.C003)

Pewarta: Chaidar Abdullah
Editor: Unggul Tri Ratomo
Copyright © ANTARA 2018